Rabu, 22 Maret 2017

TUGAS KELOMPOK 1 FISIKA IB 11



MAKALAH KELOMPOK

Filsafat Pendidikan Islam
Pengertian Filsafat dan Ruang
LingkupKajian Filsafat Pendidikan Islam





Disusun Oleh:
1.        Ari sucipto           (1612240008)
2.        Diah novitasari      (1612240014)


Dosen Pengampu: Muhtarom, M.Pd.I








Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2016/2017



KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, makalah “Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam” dapat saya selesaikan sebagaimana semampu saya. Shalawat dan salam tak lupa kita kirimkan kepada baginda rasulullah saw sebagai suri teladan yang patut kita contoh.
Dimana makalah ini saya susun sebagai tugas dari dosen pembimbing. Makalah ini membahas tentang Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-sehari.Ucapan terimah kasih saya haturkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, yang telah memberikan sumbansinya sehingga makalah bisa diselesaikan.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan dampak positif bagi mahasiswa bukan saja dari segi kulit dan kertasnya tapi terutama materi yang ada dalam makalah ini.




Palembang,  Maret 2017


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan berproses sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat logisnya maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual maupun operasionalnya, sehingga diperoleh relefansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi umat manusiaa.
Berbicara ilmu pendidikan islam, karena islam sebagai agama allah yang tertulis dalam al-qur’an dan as-sunnah. Ilmu pendidikan islam adalah kumpulan pengetahuan yang bersumber dari al-qur’an dan as-sunnah yang dijadikan landasan pendidikan. Untuk itu, kajian dalam makalah ini akan memaparkan dan membahas mengenai pengertian dan ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam.
Secara formal filsafat masih bersifat umum, lahirnya filsafat yang khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat sosial, filsafat kebudayaan, filsafat agama, filsafat politik, filsafat pendidikan dan lain sebagainya.semua ini merupakan bagian dari filsafat khusus yang kajian dan pandangannya mengkhususkan diri pada disiplin ilmu atau cabang-cabng ilmu tertentu. Dengan demikian bisa jadi filsafat ada dimana-mana.
Maka dari itu sangat diperluhkan untuk mempelajari tentang pengertian filsafat pendidikan Islam serta Ruang lingkup filsafat pendidikan islam guna untuk menambah wawasan mengenai perihal tersebut.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian filsafat pendidikan islam ?
2.      Bagaimana kajian ruang lingkup pendidikan islam ?
3.      Apa fungsi filsafat pendidikan islam ?

C.   Tujuan Penulisan
Agar dapat memahami dan memperjelas pengertian pendidikan islam, ruang lingkup kajian pendidikan islam serta fungsi filsafat pendidikan islam.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Istilah filsafat pendidikan islam mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu filsafat, pendidikan dan islam. Dalam bentuk kesatuan, filsafat pendidikan islam memiliki pengertian tersendiri.untuk memberi gambaran dan pemahaman tentang pengertian filsafat pendidikan islam, berikut akan diuraikan makna ketiga uraian tersebut.[1]
Kata filsafat baru dikenal oleh ilmuan muslim setelah pertemuan peradapan islam dan hellanisme (yunani). Orang arab memindahkan kata yunani philosophia kedalam bahasa arab menjadi falsafah. Karenanya, untuk memahami makna falsafat, perlu ditelusuri kesumber asalnya, yakni bahasa yunani.[2]
Menurut Nasution (1983, Hal. 9) dalam Ali Mmurtopo (2016, Hal. 1) menyatakan bahwa Perkataan philosophia merupakan perkataan  yunani yang dipindahkan oleh orang arab dan disesuaikan dengan tabiat susunan kata-kata arab, yaitu falsafah dengan pola falala dan fi’la yang kemudian menjadi kata kerja falsafah dan filsaf. Adapun sebutan filsafat yang diucapkan oleh orang indonesia kemungkinan besar merupakan gabungan kata arab falsafah dan bahasa inggris philosophia yang kemungkinan menjadi filsafat.[3]
Para pengamat mengungkapkan, bahwa filsafat terbentuk dari kata philos dan sophia. Berarti cinta, dan shophia artinya kebenaran. Dengan demikian secara etimologi, filsafat berarti cinta kebenaran (Ensiklopedi Indonesia, 1990). Sementara Derdri (1986) menyebut kata “filsafat” berasal dari kata philos atau philein, atau philia yang berarti “cinta” dan sophia berarti ”kebijaksanaan”, atau “kearifan” atau “pengetahuan”. Dengan demikian, orang yang mencintai kebijaksanaan atau kearifan, atau pengetahuan disebut dengan philosophos atau “filsuf”.[4]
Dalam pendekatan filsafat, yang dimaksud dengan “kebenaran” itu adalah kebenaran yang didasarkan atas penilaian menurut nalar manusia. Plato dan aristoteles bahwa “kebenaran” adalah apabila “pernyataan yang dianggap benar itu bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya.”[5]
Teori pragmatis yang dicetuskan oleh carles s. Peirce yang kemudian dikembangkan oleh william james, mengungkapkan bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.[6]
Dengan demikian, kebenaran berfungsi sebagai tolak ukur antara suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Kebenaran yang sedemikian cendrung mengandung pengertian relatif, sebab tergantung dengan ruang dan waktu. Walaupun demikian, dari segi etimologi filsafat adalah cinta kebenaran, cinta kebijaksanaan, cinta terhadap kearifandan cinta terhadap pengetahuan.[7]
Sementara itu dari segi istilah, filsafat mengandung pengertian berbeda-beda. Hal ini tentu berdasarkan sudut pandang keilmuan dari para ahli masing-masing. Sebagai mana yang telah dipahami bahwa filsafat berasal dari yunani. Oleh karena itu, fulsuf selazimnya mengawali pengertian filsafat dengan merujuk ketokoh-tokoh filsuf negeri asalnya antara lain pendapat plato dan aristoteles yang diangap sebagai perintis fisafat yunani. Dalam bukunya republic, plato mengambarkan sosok para filsuf adalah orang-orang yang mencari kebenaran mutlak, kekal dan abadi.  Mereka mencintai kebenaran dalam segala hal.[8]
Berikut akan dikemukakan pengertian filsafat dari para ahli, yaitu:
1.      Socrates menyatakan bahwa berfilsafat merupakan cara berpikir radikal, menyeluruh dan mendasar.
2.      Plato menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
3.      Aristoteles menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebanaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
4.      Marcus tullius cicero menyebut filsafat sebagai the mother is all the arts (ibu dari semua seni) juga sebagai arts vitae yaitu sebagai seni kehidupan.
5.      Al-farabi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada ( al-ilmu bi al-maujudat bi ma hiya al-maujudat).
6.      Rene decrates menyatakan bahwa filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
7.      Immaanuel kant mengatakan bahwa filsafat adalah pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.
8.      Prancis bacon berpendapat bahwa filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan ia menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
9.      Fichte menyebut filsafat sebagai wissenschaftslehre: ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar dari segala ilmu.
10.  Menurut beerling, filsafat adalah pemikiran-pemikiran bebas, diilhami rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman-pengalaman.
11.  Corn verhoven menyatakan bahwa filsafat meradikalkan keheranan kesegala jurusan.
12.  Walter kufmann mengungkapkan bahwa filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta dan argumentasi-argumentasi, tanpa memerlukan kekerasan dan tanpa mengetahui hasilnya terlebih dahulu.
13.  Harun nasution menyatakan bahwa inti sari dari filsafat itu sendiri adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terkait tradisi, dogma dan agama ) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasarnya.
14.  Jujun s. Suriansmantri. Menurutnya berfikir filsafat merupakan cara berfikir yang mendasar, menyeluruh dan spekulatif.
Cukup banyak pengertian tentang filsafat. Setiap filsuf bisa secara bebas untuk mengemukakan pendapat masing-masing. Jelas akan berbeda, karena setiap filsuf memiliki sudut pandang yang berbeda. Hal ini menunjukan betapa sulitnya merangkum pengertian filsafat dalam sebuah definisi yang lengkap. Usaha yang seperti itu bakal mustahil terwujud. Meskipun demikian, sepertinya pengertian tentang filsafat dapat terlihat dari karakteristrik yang dimilikinya. Atau setidaknya dalam ruang lingkup pengertian yang lebih luas yang mencakup karakteristrik filsafat itu sendiri.[9]
      Sementara itu,A.Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang pertama yang mengunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan diatas dapat diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi kebahasaan atau semantik adalah cinta terhadappengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menepatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya.[10]
      Gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian filsafat dapat disimak pendapat hororld h. Titus, marilyn s. Smith dan richart t. (1984) berikut ini:
1.      Filsafat adalah sekompulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
2.      Filsafat adalah suatu proses kritik dan pemikiran terhadap kepercyaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3.      Filsafat adalah usaha untuk mendapatka gambaran keseluruhan.
4.      Filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang artikata dan konsep.
5.      Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhtian dari semua manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Jadi, menurut penulis filsafat dapat diartikan sebagai pola berpikir dengan ciri-ciri tertentu, kritis, sistematis, logis, radikal, dan spekulatif. Filsafat merupakan semacam kritik penuh dengan pemikiran estetik yang tidak pernah mau membatasi diri serta orang yang encintai kebenaran.[11]
Filsuf adalah ahli pikir radikal, yang berusaha mencapai radix, akarnya. Akar kenyataan, dunia, wujud, akan pengetahuan tentang diri sendiri. Bila ditemukan akar itu, maka semuanya, berpikir radikal ditunjukan pada “kedalaman” (diepte). Sekiranya “kedalaman” itu dapat dipastikan. Disamping itu, berpikir radikal juga melingkupi yang universal(semiawan, 1988 ) dalam ali murtopo.[12]
Sejalan apa yang dikemukakan oleh conny r. Semiawan, dalam pandangan jujun s. Sariasumantri, berfikir filsafat memiliki ciri-ciri atau karakteristrik khusus. Karakterrisrtik yang dimaksud jujun s. Sariasumantri adalah menyeluruh, mendasar, dan spekulatif ( Sariasumantri, 1990). Spekulatif menandakan bahwa “kebenaran” yang dihasilkan oleh pemikiran filsafat tidak bersifat mutlak adanya, bisa dan bisa saja salah.[13]
Pendidikan berasal dari kata dasar didik, mendapat awalan pe- dan sisipan huru –n- dan ditambah akhiran –an. Pendidikan telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar. Pemikiran mereka banyak dipengaruhi oleh pandangan dunia masing-masing.[14]
Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar mendewasakan mengandung makna sangat luas, transfer pengetahuan dan keterampilan, bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan pembinaan kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik, tidak hanya diartikan manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara biologis dan psikologis tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari pengetahuan dan keterampilan tertentu guna memperkaya kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dirinya juga dukualifikasikan sebagai peserta didik.[15]
 Hadari Nawawi (1988) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan redaksi yang berbeda, Hasan Langgulung (1986) mengartikan pendidikan sebagai usaha untuk mengubah dan memimndahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam suatu masyarakat.[16]
Semua  pandanganyang berbeda tersebut bermuara pada satu kesimpulan awal bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk menyiapkan generasi muda agar dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan kehidupan secara lebih baik. Pendidikan merupakan rangkaian usaha dan cara-cara yang dipersiapkan oleh pelaku pendidikan (pendidik/guru)  dengan persiapan yang matang dan penekanan-penekanan menuju kearah proses trasformasi nilai dan bentuk kepribadian. Jika dihubungkan dengan islam sebagai sistem keagamaan istilah pendidikan menimbulkan pengertian-pengertian baru dengan penekanan dan karakteristrik yang berbeda-beda sesuai dengan cara pandang yang digunkan oleh para ahli. Kata “islam” berfungsi sebagai sifat, penegas dan pemberi ciri khas kata pendidikan. Pendidikan islam adalah pendidikan yang secara khas memiliki ciri islami. Berbeda dengan konsep atau model pendidikan yang lain, konsep pendidikan yang tidak sesuai dengan ajaran islam bukan pendidikan islam. Untuk itulah ajaran islam dijadikan sebagai sumber filosofi paling utama, sebagai mana yang ditulis oleh omar mohammad al-toumy al-syaibani (1979, hal. 39) dalam Ali Murtopo (2016, Hal. 9) :
Siapa saja yang meneliti ajaran islam dengan berbagai sumber dari al-qur’an dan sunnah, qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihat dan tafsir yang benar yang dibuat oleh ulama-ulama kita yang saleh sepanjang zaman, akan terdapat pada setiap hal itu akan membentuk pemikiran yang menyeluruh dan berpadu tentang alam jakat, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak.[17]
Islam menurut Harun Nasution (1979) adalah segala agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam adalah agama yang seluruh ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam rangka mengatur dan menuntun kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta.[18]
Menurut Zakiyah darajat (1992) dalam Ali Murtopo (2016, Hal. 10) mendefinisikan pendidikan islam sebagai “usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan seruan agama dengan berdakwa, menyampaikan ajaran, memberi conto, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembantukan pribadi muslim”. Sementara jalaluddin (2001) dalam ali murtopo menuliskan bahwa pendidikan islam merupakan usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optomal agar mereka mampu menopang keselamatan dan kesejeteraan hidup di dunia sesuai dengan perinta syari’at islam. Kehidupan yang konsisten dengan syari’at ini diharapkan akan memberi dampak yang sama dalam kehidupan diakhirat, yaitu keselamatan dan kesejateraan. Sejalan dengan pandangan tersebut, marmba (1989) dalam ali murtopo memberi titik pokus usaha pendidikan usaha yaitu “terletak pada bimbinagan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam”.[19]
Menurut Azyumardi Azra (2000, Hal. 10) dalam Ali Murtopo (2016, 10) pendidikan islam adalah sebagai sebuah usaha dan cara kerja yang paling sedikit memiliki tiga karakter. Pertama, pendidikan memiliki karakter penekanan pada pencarian ilmu penguasa dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT. Kedua, pendidikan islam merupakan sebuah pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian. Ketiga pendidikan islam merupakan sebuah pengamalan ilmu atas dasar tangung jawab kepada tuhan yang maha esa.[20]
pendidikan Islam adalah pendidikan yang memiliki empat macam fungsi, yaitu:
1.        Fungsi edukatif, artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik agar terbebas dari kebodohan.
2.        Fungsi pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu pengetahuan.
3.        Fungsi pengetahuan keyakinan terhadap kebenaran yang diyakini dengan pemahaman ilmia.
4.        Fungsi ibadah, sebagai bagian dari pengabdian hamba kepada sang pencipta yang telah menganugrahkan jasmani dan rohani kepada manusia.
Pendidikan islam artinya mentaransformasikan nilai-nilai islam terhadap peserta didik dilingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan dilingkungan masyarakat. Ilmu pendidikan islam adalah akumulasi pengetahuan yang bersumber dari Al-qur’an dan sunnah, yang diajarkan, dibinakan,  dan dibimbingkan kepada manusia sebagai peserta didik dengan menerapkan metode dan pendekatan yang islami yang bertujuan membentuk peserta didik yang berkepribadian muslim.[21]
Dengan demikian pendidikan islam sebagai sebuah usaha manusia dewasa menepati posisi yang yang mulia sebagai tugas kemanusiaan dan kehambaan, karena terjalin  dalam karangka hubungan antara manusia, sekaligus bernilai ibadah kepada tuhan yang maha esa. Umat islam sendiri mengakui bahwa sesunggunya kegiatan pendidikan merupakan sebuah sarana untuk melaksanakan sebuah kewajiban menuntut ilmu pengetahuan (thullab al-ilm).[22]
Dari uraian diatas dapatlah dirangkaikan bahwa filsafat pendidikan islam adalah pemikiran mendalam, universal dan sistematis yang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan islam.[23]
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islamkarya Zuhairini dkk, disebutkan dan diuraikan bahwa aliran-aliran dalam filsafat pendidikan terdiri atas lima, yakni ; aliran progressivisme, aliran esensialisme, aliran perennialisme, aliran rekontruksionalisme, dan aliran eksistensialisme.[24]
Aliran pertama ialah Aliran progressivisme adalah aliran filsafat yang berbicara tentang hakikat manusia, dan inti ajarannya adalah tentang minat dan kebebasan dalam teori pengetahuan. Aliran ini sangat berpengaruh dalam abad ke-20.Pengaruhnya sangat terasa di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat.Aliran progressivisme ada yang bersifat negatif dan ada pula yang positif.Sifat negatif dalam arti, progressivisme menolak otoritarsisme dan absolutisme dalam segala bentuk.Sedangkan sifat positif dalam arti, progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah pada diri manusia. Istilah filsafat yang biasanya dipakai untuk menggambarkan pandangan hidup yang demikian disebut pragmatisme, dan dalam lapangan pendidikan lebih lazim dipakai istilah “intsrumentalisme” dan “experintalisme”.[25]
Menurut teori aliran progressivisme bahwa manusia sanggup untuk mengendalikan hubungannya dengan alam.Akan tetapi di samping keyakinan-keyakinan ini ada juga kesangsian.Dapatkah manusia menggunakan kecakapan-nya dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam, juga dalam ilmu pengetahuan sosial ? Jawabnya adalah, bahwa pragmatisme dan atau progressivisme yakni bahwa manusia mempunyai kesanggupan itu, akan tetapi manusia dalam memperguna-kan kesanggupannya itu sedikit ada kesangsian. Meskipun demikian, paham progressivisme tetap bersikap optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh lingkungan alam dan sosialnya.Dengan demikian, tugas pendidikan menurut progressivisme adalah meneliti dan menguji sejelas-jelasnya berbagai kesanggupan manusia, oleh karena pendidikan menurut aliran ini adalah alat kebudayaan yang paling baik.[26]
Aliran yang ke-dua ialah Aliran esensialisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa hal-hal yang esensial dari pengalaman manusia yang memiliki nilai untuk dibimbing. Semua manusia dapat mengenal hal-hal yang esensial, apabila ia berpendidikan. Jadi aliran esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada dasar nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang megarah pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik, juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Adapun tokohnya ialah Desiderius Ersamus (abad ke-15 dan awal abad ke-16) yang berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menenah dan kaum aristokrat.[27]
Aliran yang ke-tiga ialah Aliran perennialisme dalam aliran filsafat, berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Aliran ini memandang bahwa betapa pentingnya pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau, karena pendidikan dianggap cukup ideal dan telah teruji ketangguhannya.Asas yang dianut perennialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang berkiblat dua aspek.Pertama, teologis yang bernaung pada ajaran agama, dan kedua adalah sekuler yang berpegang pada ide dan cita filosofis Plato dan cita filosofis Aristoteles.Kedua tokoh ini, dan termasuk Thomas Aquinas memiliki pengaruh terhadap aliran perennialisme.Menurut Plato, Manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan, dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada tiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Ide-ide Plato tersebut, dikembangkan oleh Aristotelss dengan lebih men-dekatkan kepada dunia kenyataan. Menurut Aristoteles, Tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.Selanjutnya, menurut Thomas Aquines, Pendidikan adalah sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas aktif dan nyata.Dalam hal ini, peranan guru adalah mengajar, memberi bantaun pada anak diri untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.[28]
Prinsip-prinsip pendidikan aliran perennialisme yang telah diuraikan, kelihatannya telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulm untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.[29]
Aliran yang ke-empat ialah Aliran rekonstruksionalisme dalam aliran filsafat berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, aliran rekonstruksionalisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya. Karena itu, melalui lembaga dan proses pendidikan, rekonstruksionalisme ingin “merombak tata susunan lama, dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.[30]
Para penganut aliran rekonstruksionalisme berkeyakinan bahwa bangsa-bangsa di dunia mempunyai hasrat yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan satu kebudayaan bari di bawah satu kedaulatan dunia, dalam pengawasan mayoritas umat manusia. Pikiran-pikiran rekonstruksionalisme inilah yang kemudian menjiwai pandangan pemuka-pemuka dunia dalam upaya menciptakan kelestarian dunia, dan dalam rangka menanggulangi kesenjangan yang melanda kehidupan umat manusia dewasa ini.[31]
Aliran yang ke-lima ialah Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Dengan demikian, eksistensialisme pada hakikat-nya bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.[32]
Paham eksistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri atas berbagai pandangan yang berbeda-beda.Menurut Kierjegaard eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah.Jadi eksistensialisme menurutnya adalah segala bentuk kemutlakan rasional. Dari sini dipahami bahwa aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman, dan situasi sejarah yang ia alami, dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak.
Mengenai pandangannya tentang pendidikan, disimpulkan bahwa aliran eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam bentuk. Oleh sebab itu, eksistensialisme dalam hal ini menolak bentuk-bentuk  pendidikan sebagaimana yang ada sekarang. Berdasar pada pandangan aliran eksistensialisme tersebut, maka banyak kalangan ahli pendidikan yang tidak setuju terhadaonya, sehingga aliran eksistensialisme tidak banyak dibicarakan dalam filsafat pendidikan.[33]

B.     Ruang LingkupKajian Filsafat Pendidikan Islam
1.      Ruang lingkup filsafat pendidikan islam
Secara spesifik ruang lingkup yang mengindikasikan bahwa filsafat pendidikan Islam adalah sebagai sebuah disiplin ilmu. Pendapat Muzayyin Arifin yang berkenaan dengan hal ini menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang serba mendasar, sistematik, terpadu, logis dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatar belakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, juga berdasarkan mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan tujuan pendidikan, kurikulum, guru, metode, lingkungan dan seterusnya.[34]
Dalam pandangan omar mohammad al-touny al-syaibany (1979) Ali Murtopo (2016, Hal. 10) menyatakan filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Titik berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.[35]
SelanjutnyaOmar Mohammad Al-Touny Al-Syaibany (1979) dalam Ali Murtopo (2016, Hal. 20) mengemukakan lima prinsip dasar-dasar filsafat pendidikan islam. Kelima prinsip dasar tersebut mencakup:[36]
a.    Pandangan islam terhadap jakat raya, meliputi pemikiran, bahwa:
1.         Pendidikan dan tingkah laku manusia, serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh lingkungan sosial, juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik (benda-benda alam)
2.         Lingkungan dan termasuk jakat raya adalah segala yang diciptakan oleh allah, baik makhluk hidup maupun benda-benda alam.
3.         Setiap wujud (kebenaran) memiliki dua aspek, yakni materi dan ruh. Dasar pemikiran ini mengarahkan filsafat pendidikan islam menyusun konsep alam nyata dan alam gaib, alam materi dan alam ruh, alam dunia dan alam akhirat.
4.         Alam senintiasa mengalami perubahan menurut ketentuan-ketentuan dan penciptanya (sunnah allah).
5.         Keterana arah gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam suatu tatanan yang tunggal sebagai sunnah allah (sunnahtullah).
6.         Alam merupaka sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya.kemaslahatan manusia termaksud bagian dari tujuan syari’at islam.
7.         Penciptaan alam (allah) adalah wujud yang berada diluar alam, dan memiliki kesempurnaan, serta sama sekali terhindar dari segala cacat cela. Dengan demikian wujud pencipta (khalliq) berbeda dan tidak sama dengan wujud ciptaannya (makhluk)
b.    Pandangan islam terhadap manusia, memuat pemikiran bahwa:
1.         Manusia adalah (ciptaan) allah yang paling mulia, sesuai dengan hakikat kejadiannya.
2.         Manusia diberi beban amanat sebagai khalifah (mandataris) allah dibumi guna memakmurkannya.
3.         Manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan belajar, dan kemampuan untuk berkomunikasih untuk mengembangkan diri.
4.         Manusia adalah makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani (mental) dan ruh (spiritual).
5.         Manusia bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetika (faktor keturunan ) dan lingkungan yang mempengaruhinya.
6.         Manusia memiliki faktor perbedaan individua (individual diferencies).
7.         Manusia memiliki sifat fleksibilitas (keluesan) dan memiliki kemampuan untuk mengubah, serta mengembangkan diri.
c.    Pandangan islam terhadap masyarakat berisi pemikiran, bahwa:
1.         Masyarakat merupan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai asperk seperti tanah air, bufaya, agama, tradisi, dan lain-lain.
2.         Agama itu adalah akidah, ibadah dan muamalah.
3.         Masyarakat islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari masyarakat lain.
4.         Dasar pembinaan masyarakat islam adalah akidah, keimanan tentang wujud dan keesaan allah.
5.         Ilmu adalah dasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat.
6.         Pentingnya individu dan keluarga dalam masyarakat.
7.         Segala aktifitas yang diarahkan bagi kesejateraan bersama, keadilan, dan kemaslahatan kemanusiaan termasud bagian dari tujuan syari’at islam.
d.   Pandangan islam terhadap pengetahuan manusia, memuat pemikiran, bahwa:
1.         Pengetahuan adalah potensi yang dimiliki manusia dalam upaya untuk meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat.
2.         Pengetahuan terbentuk berdasarkan kemampuan nlar manusia dengan bantuan pengindraan. Sumber pengetahuan adalah wahyu dan nalar.
3.         Penmgetahuan manusia memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda sesuai dengan objek tujuan dan metodenya. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang berhubungan dengan allah., perbuatan dan makhluknya.
4.         Pengetahuan manusia pada hakikatnya adalah hasil penafsiran dan mengungkapkan kembali terhadap masalah-masalah yang berkaitan denagn ciptaan allah. Dengan demikian pengetahuan bukanlah hasil dari proses pemikiran manusia yang optimal secara murni.
5.         Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara sepertilangsung, penelitian kajian terhadap peristiwa, rangkuman dari berbagai pendapat, atau melalui bimbingan ilahi.
6.         Pengetahuan hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh akidah, karena dapat memberikan ketentraman batin. Di dalamnya terkandung keyakinan dan kesesuaian dengan agama.
e.    Pandangan islam terhadap akhlak, mengandung pemikiran bahwa:
1.         Pentingnya akhlak dalam kehidupan serta dapat dibentuk melalui upaya pembiasaan yang baik.
2.          Akhlak termaksud faktor yang diperoleh dan dipelajari.
3.         Akhlak dipengaruhi oleh sebagai faktor seperti waktu, tempat, situasi dan kondisi, masyarakat adat istiadat, sisitem dan cita-cita (pandangan hidup). Dengan demikian akhlak tidak selalu terpelihara dari pengaruh keburukan dan kesalahan.
4.         Akhlak sesuai dengan pitra dan akal sehat manusia (commons sense).
5.         Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran islam, yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
6.         Ajaran islam merupakan sumber nilai-nilai akhlak, karna pada hakikatnya akhlak merupakan realisasi dari ajaran islam itu sendiri, yakni sebagaiman hidup beriman dan bertakwa kepada allah.
7.         Akhlak berintikan tangung jawab terhadap amanat allah yang keabsahannya dinilai dari tingkat kemampuan untuk mengaplikasikan hubungan yang sebaik mungkin antara sesama manusia, seluruh makhluk ciptaan allah atas dasar ridha allah, karena sesuai ketentuan dan perintahnya akhlak mulia ( terpuji) merupakan tujuan akhir dari sikap hidup yang diinginkan.
Kajian filsafat pendidikan islam bertitik tolak dari kelima prinsip yang jadi dasar pemikiran tersebut kajian ini kemudian dikembangkan dalam kontek pendidikan islam. Digunakan dalam penyusunan teori-teori pendidikan islam, rumusan dasar dan tujuan baik tujuan jangka pendek menengah, maupun tujuan akhir yang akan dicapai dalam kaitan dengan sistem, maka ruang lingkup kajian mencakup seluruh komponen sistem pendidikan islam.[37]
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem pendidikan islam itu sendiri. Adapun komponen-komponen yang tetrmaksud dalam sistem pendidikan islam itu, antara lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujaun yang akan dicapai oleh pendidikan islam untuk mencapai tujuan maksud, maka perlu ada rumusan mengenai siapa yang dididik, siapa pelaksananya, bagaimana cara penyelenggaraannya, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, materi apa yang diberi, bagaimana caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagai mana mengukur tingkat pencapaianya.[38]
Pemikiran-pemikiran mengambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat dan evaluasi pendidikan, semua komponen ini tergabung kedalam sistem. Sebab sistem dapat diartikan sebagai proses aktivitas yang didalamnya tersusunm, komponen-komponen yang saling menentukan, saling tergantung, dan hubungan antara sesamanya, dalam pencapaian tujuannya.[39]
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam mengacu pada semuaaspek yang diangap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas pada lingkungan institusi pada pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar lembaga peribadatan, masyarakat maupun terdisi sosiokultural juga termaksuk dalam kajian filsafat pendidikan islam bahkan secara lebih rinci, pendidikan pre-natal menjadi kajian khusus dalam pilsafat pendidikan islam.[40]
Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam boleh dikatakan identik dengan kajian keislaman itu sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia secar menyeluruh yang terkaitan dengan masalah pendidikan. Adapun dalam pendekatan proses ruang lingkup kajian filsafat pendidikan meliputi rentang kehidupan manusia itu sendiri, yakni dari sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya. Namun yang jelas kajian ini sama sekali tidak dapat dilepaskan dari status manusia sebagai makhluk ciptaan allah.[41]

C.  Fungsi Filsafat Pendidikan Islam
Sementara fungsi filsafat pendidikan islam, sebagaimana juga filsafat pendidikan umum, juga harus mampu membuat suatu pedoman kepada perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran (al-syaibany, 1973). Menurut al-syaibany, dalam Ali Murtopo (2016, Hal. 23)merincikan, filsafat pendidikan islam setidak-tidaknya harus mampu memberi manfaat bagi pendidikan islam dalam hal-hal sebagai berikut:[42]
a.     Membantu para perancang, maupun para pelaksana pendidikan islam dalam membentuk pemikiran yang benar bagi pengajian proses pendidikan.
b.    Memberi dasar bagi pengajain pendidikan islam secara umum dan khusus.
c.     Menjadi dasar penilain pendidikan islam secara menyeluruh.
Artinya Memberi sandaran intelektual, serta bimbingan bagi pelaksanaan pendidikan islam untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang bakal timbul dalam bidang pendidikan, serta memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan  dalam hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai aspek kehidupan lainnya
e.   Untuk memahami sistem pelajaran.
f.   Menganalisis konsep-konsep dan istilah-istilah.
g.   Mengkritik asumsi-asumsi dan fakta-fakta.
h.   Membimbing asas-asas pendidikan.
i.    Menerima perubahan-perubahan dasar.
j.   Membimbing sikap para guru dan pengajar.
k.  Membangkitkan dialog dan persoalan.
l.   Menghilangkan pertentangan pendidikan serta meneruskan rencana-rencana baru.
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa harus ada pembaharuan dan inofasi pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan dari esok, sebab pendidikan pada dasarnya menyiapkan generasi-generasi masa depan.
Berdasarkan pada kutipan diatas terdapat kesan bahwa kegunaan dan fungsi filsafat pendidikan islam ternyata amat strategis. Ia seolah-olah menjadi acuan dalam memecahkan berbagai persoalan dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan filsafat pendidikan itu adalah bidang filosofinya yang menjadi akar dari setiap permasalahan pedidikan. Dengan pedoman pada filsafat ini setiap masalah akan dapat dipecahkan secara komprehensif, intergratix dan tidak Persial, tambal sulam atau sepotong-potong.

D. Manfaat Mempelajari Filsafat Pendidikan
Manfaat untuk mempelajari filsafat dalam kehidupan sehari-hari di sebuah masyarakat sangatlah penting antaranya sebagai berikut:
a. Hidup dan kehidupan akan selalu bergerak, baik kearah positif maupun negatif, dan selalu menyeret manusia. Apa lagi bagi individu yang hidup dalam masyarakat yang mengalami transisi dan pergeseran nilai-nilai kehidupan. Dalam hal seperti ini, individu yang sudah memiliki filsafat hidup, akan dapat mengantisifasinya dengan damai, sehingga terhindar dari hal yang negatif dalam hidup dan kehidupannya. Al-qur’an menjelaskan betapa pentingnya adanya pegangan yang mantap dalam hidup ini, seperti yang dijelaskan didalam al-qur’an surat ra’d ayat 28:
artinya orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat allah hati menjadi tenteram (QS Ar ra’d ayat:28).
b. Tiap peribadi mempunyai pandangan hidup atau filsafat hidup sendiri-sendiri yang menentukan perilakunya hal ini memberi indikasi bahwa setiap orang setidaknya mempunyai pandangan hidup yang benar-benar diyakini kebenaran dan kebaikannya sehingga menghasilkan perilaku yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannnya.
c. Setiap individu punya hak dan kebebasan untuk menentukan padangan hidup yang dipilih hal ini memberi arti, bahwa setiap perilaku yang dilakukan, merupakan keputusan batin sendiri dan demikian juga memberi arti manusia telah mempunyai kebebasan dan keperibadian sendiri.
d. Perlu memahami filsafat, bagaimanapun tingkat kemampuan yang ada. Walaupun seseorang yang tau tentang ilmu filsafat dalam kadar yang sedikit, itu pun dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.




















BAB III
SIMPULAN

Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu.
Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Islam adalah agama yang seluruh ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam rangka mengatur dan menuntun kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta.
Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat pendidikan islam ialah sebagai pola berfikir yang mendalam kritis, sistematis, logis, universal dan sistematis yang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan islam. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islamkarya Zuhairini dkk, disebutkan dan diuraikan bahwa aliran-aliran dalam filsafat pendidikan terdiri atas lima, yakni ; aliran progressivisme, aliran esensialisme, aliran perennialisme, aliran rekontruksionalisme, dan aliran eksistensialisme.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam meliputi 5 prinsip dasar yaitu: pandangan islam terhadap jagat raya, pandangan islam terhadap manusia, pandangan islam terhadap masyarakat, pandangan islam terhadap pengetahuan dan pandangan islam terhadap akhlak.
Adapun fungsi dari filsafat pendidikan islam ialah mampu membuat suatu pedoman kepada perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran.









DAFTAR PUSTAKA

Murtopo, Ali. 2016. Filsafat Pendidikan Islam. Palembang: Noerfikri Offset.
Ali, Hery Nur. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Pepara.
http://anshar-mtk.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat.html.

































[1]Ali Murtopo, Filsafat Pendidikan Islam, (Palembang, Noerfikri Offset. 2016). Hal. 1
[2]Ibid.
[3]Ibid.,Hlm. 2
[4]Ibid.
[5] Ibid.
[6]Ibid., Hal. 3
[7]Ibid.
[8]Ibid.
[9]Ibid., Hal. 6
[10]Hery Nur Ali, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta, Pepara, 2000). Hal. 10
[11]Ali Murtopo, Op.cit. Hal. 7
[12]Ibid.
[13]Ibid.
[14]Ibid., Hal. 8
[16]Ibid.
[17]Ali Murtopo, Op.cit.Hal. 9
[18]Anshar, Op.cit.
[19]Ali Murtopo, Op.cit. Hal. 10
[20]Ibid.
[22]Ali Murtopo,Op.cit. Hal. 11
[23]Ibid.
[25]Ibid.
[26]Ibid.
[27]Ibid.
[28]Ibid.
[29]Ibid.
[30]Ibid.
[31]Ibid.
[32]Ibid.
[33]Ibid
[35]AliMurtopo, op.cit., Hal. 14
[36]Ibid., Hal. 20
[37]Ibid.
[38]Ibid., Hal. 21
[39]Ibid.
[40]Ibid., Hal. 22
[41]Ibid.
[42]Ibid., Hal. 23

0 komentar:

Posting Komentar

MOHON TINGGALKAN KOMENTAR, PERTANYAAN DAN SARAN

 

Translate

Total Tayangan Halaman

Islamic Education Copyright © 2009 Community is Designed by Bie