BAB I
PENDAHULUAN
Turki adalah negara dimana kekhalifahan terbesar Islam pernah ada disana, yakni Turki Ustmani. Oleh karena itu, keterikatan bangsa Turki terhadap Islam sangat kuat. Islam sudah menyatu dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Namun, kejayaan Turki Ustmani ada masanya, dan setelah runtuhnya kejayaan Turki Ustmani, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, muncullah gerakan-gerakan pembaharuan di Turki. Pembaharuan-pembaharuan tersebut bertujuan membawa umat Islam Turki kepada kemajuan. Kontak dengan dunia barat melalui perkembangan IPTEK menginspirasi seorang Mustafa Kemal untuk melakukan pembaharuan secara besar-besaran di Turki dengan memproklamirkan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923. Dengan demikian seorang Mustafa Kemal telah merubah sistem kekhalifahan yang telah ada ratusan tahun
Dalam suasana serupa inilah muncul Mustafa Kemal, seorang pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan kerajaan Utsmani dari kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ialah pencipta Turki modern dan atas jasanya, ia mendapat gelar Ataturk (Bapak Turki). Lantas siapakah Mustafa Kemal tersebut dan bagaimanakah prinsip pemikiran pembaharuan yang dilakukannya?
BAB II
PEMBAHASAN
- BIOGRAFI SINGKAT MUSTAFA KEMAL ATATURK
Mustafa Kemal Ataturk lahir di Salonika pada tahun 1881. Orang tuanya bernama Ali Riza seorang pegawai biasa di salah satu kantor pemerintah di kota itu, sedangkan ibunya bernama Zubayde, seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya. Ali Riza meninggal dunia saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian diasuh oleh ibunya.
Riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (sekolah menengah militer Turki). Pada tahun 1895 ia masuk ke akademik militer di kota Monastir dan pada 13 Maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul sebagai kadet pasukan infanteri. Tahun 1902 ia ditunjuk menjadi salah satu staf pengajar dan pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan pangkat kapten.
Kehidupan Mustafa Kemal sejak 1905 sampai dengan 1918 diwarnai dengan perjuangan untuk mewujudkan identitas kebangsaan Turki. Sebagai pejabat militer di dalam imperium Turki Usmani saat itu, ia mendirikan sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Tanah Air (Fatherland Society). Ia juga bergabung bersama Kongres Turki Muda yang membentuk Komite Kebangsaan dan Kemajuan (Committee for Union and Progress).
Setelah berakhirnya Perang Dunia I, tepatnya pada tahun 1919 Mustafa Kemal berusaha mewujudkan prinsip-prinsip generasi Turki Muda. Di bawah kepemimpinannya, elit nasional Turki berhasil memobilisir perjuangan rakyat Turki dan melawan pendudukan asing. Rakyat Turki berhasil memukul mundur kekuatan penjajahan dari tanah bangsa Turki, yang secara tidak langsung menjadi kemenangan awal bagi Mustafa Kemal.[1]
Mustafa Kemal berjuang sekuat-kuatnya untuk mewujudkan prinsip-prinsip Turki Muda sehingga ia mampu memobilisir perjuangan dan mengadakan perlawanan terhadap penduduk asing. Maka dengan terjadinya peristiwa ini secara tidak langsung manjadi tonggak awal kemenangan Mustafa Kemal.
Selanjutnya, imelalui gerakan politis dan diplomatis di parlemen Majelis Nasional Agung (Grand National Assembly), di mana dalam parlemen in Mustafa Kemal menjadi ketuanya, ia berhasil mendirikan rezim republik atas sebagian wilayah Anatolia, memberlakukan suatu konstitusi baru bagi rakyat Turki pada tahun 1920, dan mengalahkan republik Armenia, mengalahkan kekuatan Perancis, dan mengusir kekuatan tentara Yunani. Klimaks perjuangan Mustafa Kemal yang mengantarkannya ke kursi presiden republik Turki adalah ketika bangsa Eropa mengakui kemerdekaan bangsa Turki yang ditandai oleh perjanjian Lausanne pada tahun 1923.[2]
Di antara kerja besarnya yang terkenal adalah kemenangannya di Yunani dan mengusir sekutu dari Anatolia pada tahun 1340 H/1921 M. dia memiliki hubungan yang kuat dengan Barat. Dahulunya dia adalah seorang perwira dalam pasukan Utsmaniyah. Lalu dia bergabung dalam Oraganisasi Turki Muda. Namanya mulai bersinar pada tahun 1334 H/1915 M ketika berhasil mengusir serangan sekutu di Dardanil. Pada tahun 1338 H/1919 M dia mendirikan partai nasionalis Turki yang mengganti kedudukan Organisasi persatuan dan pembangunan .[3]
Jadi, dahulunya itu Mustafa Kemal ini pernah bergabung dalam Oganisasi Turki Muda. Melalui gerakan politis dan diplomatis di parlemen Majelis Nasional Agung (Grand National Assembly), di mana dalam parlemen in Mustafa Kemal menjadi ketuanya dan kemudian dia berhasil mengusir serangan sekutu, oleh ushanya inila namanya mulai bersinar. Dan di antara perjanjian Lausanne pada tahun 1923 M itu adalah Turki harus menarik kekuasaannya dari seluruh Asia kecil.
- PRINSIP PEMIKIRAN PEMBARUAN MUSTAFA KEMAL ATATURK
Pembaruan Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan 1876, kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosial dan keagamaan, dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki. Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda (Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka melakukan agitasi terhadap restorasi rezim Parlementer dan kontitusional.[4]
Pembaharuan Turki ini sebenarnya sudah lama dilakukan jauh sebelum Musrafa Kemal, generasi Tanzimatlah yang terlebih dahulu yang melakukan pembaharuan. Utsmani Muda. Itu saja hanya merupakan reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosial dan keagamaan.
Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki yang ia tengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.[5]
Dalam catatan kaki Ajid Thohir, di dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam[6] : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at (1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha (1825-1876), Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi Usmani Muda; dan, Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut sebagai The Programe of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan Philosopical Turkism.
Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni : nasionalisme, sekularisme dan westernisme.
Mempersoalkan tiga unsur dalam prinsip pemikiran pembaruan Turki Mustafa Kemal di atas beikut akan dipaparkan:
Pertama, unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam.
Kedua, unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut versi Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara (legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih me¬rupakan antagonisme terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani.
Ketiga, unsur wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru Barat negara Turki akan maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapat momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan se¬gala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas: republikanisme, nasionalisme, kerakyatan, sekularisme, etatisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya. Dan jika dilihat dari perkembangan tersebut di atas, Republik Turki adalah negara sekuler. Tetapi meskipun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kemal belumlah negara yang betul-betul sekuler.
Mustafa Kemal sebenarnya seorang nasionalis pengagum Barat, yang Islam maju, sebab itu perlu diadakan pembaharuan dalan soal agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki. Islam adalah agama rasional dan perlu bagi manusia, tetapi agama yang rasional ini telah dirusak oleh ulama-ulama oleh karena itu, usaha sekularisasinya berpusat pada menghilangkan kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan polotik. negara harus dipisahkan dari agama.[7]
Dengan pandangan Mustafa Kemal seperti yang disebutkan di atas, bahwasannya dia perpendapat Qur’an perlu diterjemahkan dalam bahasa Turki, azan juga dengan bahasa Turki, khutbah juga dengan bahasa Turki. Madrasah yang sudah ketinggalan zaman ditutup, diganti fakultas Ilahiyat untuk mendidik imam sholat, khotib-khotib, dan pembaharuan yang diperlukan. Akan tetapi Mustafa Kemal mendirikan penggantinya yaitu Departemen Urursan Agama. Negara menjamin kebebasan beragama, sehingga sekularisasi yang dijalankan tidak menghilangkan agama. Yang berusaha dihapus adalah kekuasaan ulama dalam soal politik dan negara. Karena Mustafa Kemal berpendapat agama adalah masalah pribadi.
- GERAKAN PEMBARUAN TURKI PASCA MUSTAFA KEMAL ATATURK
Daripada lebel seorang inspirator berdirinya republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk sebenarnya lebih dikenal sebagai tokoh penggerak berdirinya sebuah rezim republik sekuler Turki. Dari perjuangannya lah, negara Turki yang pernah menjadi jantung pemerintahan imperium terakhir ummat Islam ini mampu berdiri kokoh sebagai sebuah negara merdeka yang berdiri dan diakui kedaulatannya secara internasional setelah Perang Dunia
Meski demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen menjadi sekuler. Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang dilakoni oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak modern adalah suatu metamorphosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.[8]
Perlu diketahui bahwasannya Mustafa Kemal merupakan pejuang untuk mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka, namun tidak menjadikan seratus persen negara sekuler, dan proses prubahannya menjadi negara yang bercorak modern dan sangat berbeda dengan corak tradisi dan nilai-nilai masyarakat Turki yang hampir semua Islam.
Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk dimulai dengan penghapusan Kesultanan Usmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah pada tahun 1924. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama Barat.
Sedangkan menurut Ajid Thohir, gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup prinsip-prinsip[9]: republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, ia memperkenalkan bangku gereja serta jam kamar ke dalam mesjid. Orang shalat dengan menggunakan sepatunya, menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Dan untuk membuat sholat di masjid itu indah, mudah untuk mendapat inspirasi dan memiliki nilai spiritual, maka mesjid perlu melatih para musikus. Kebutuhan ini penting bagi kaum modern dengan meletakkan alat musik barat ke dalam mesjid.
Beberapa bentuk pembaharuan penting dalam bidang pendidikan di Turki pada dasawarsa pertama abad ke-20 dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut[10]:
1. pada tahun 1913 diundangkan peraturan mengenai pendidikan dasar yang berupa pengenalan terhadap pendidikan modern. Peraturan ini merupakan langkah besar dalam rangka meninggalkan pendidikan dasar tradisional dan murni keagamaan
2. antara tahun 1013-1919 dilakukan pengorganisasian terhadap pendidikan anak perempuan
3. pada tanggal 3 Maret 1924 dikeluarkan undang-undang penyatuan pendidikan, maka seluruh sekolah agama/madrasah, baik yang dikelola oleh kementrian wakaf atau yayasan wakaf swasta ditutup. Klaim pemerintah Kemal At-Taturk sebagai “penyatuan” bukanlah melakukan intraksi atau sistesis antara dualisme sistem pendidikan tradisional dan modern, tetapi menghilangkan salah satu pihak, dalam hal ini adalah pendidikan tradisional, tokoh dibalik kebijakan ini adalah Mustafa Kemal at-Taturk dan Ismet Inonu.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa pembaharuan pendidikan Islam di Turki adalah pengahapusan sistem sekolah yang murni tradisional (keagamaan) kepada suatu sistem yang dirancngnya mutalk sekuler yang ditandai dengan ditiadakannya pendidikan agama di sekolah-sekolah.
Dikarenakan Islam sudah begitu mendarah daging bagi masyarakat Turki dan tidak dapat dipisahkan dari identitas Nasional Turki, maka pada tahun 1949 pendidikan agama dimasukkan kembali ke dalam kurikulum sekolah selama dua jam seminggu dan setahun kemudian pendidikan agama itu dibuat bersifat wajib.
Kebijakan-kebijakan Mustafa Kemal diantaran:
1. Penghapusan Jabatan Kesultanan, tanggal 1 November 1922
2. Penghapusan Jabatan Khalifah 3 Maret 1924
3. Lembaga Wakaf dihapus dan dikuasakan kepada KUA
4. Memperkenalkan bangku gereja dan jam kamar ke dalam masjid, tahun 1928
5. Mengharuskan orang sholat menggunakan sepatu dan bahasa Turki
6. Meletakkan alat musik barat di dalam masjid serta digunakan sebagai iringan sholat
7. Seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama barat, tahun 1935
Sungguhpun demikian, kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal yang bisa dikatakan sangat radikal tersebut telah mengundang sejumlah reaksi. Reaksi yang paling keras ditunjukkan oleh kalangan Islam konservatif. Gerakan sekulerisasi Turki oleh Mustafa Kemal berakhir seiring dengan meninggalnya beliau. Proses sekulerisasi sempat dilanjutkan oleh Ismet Inonu, seorang Presiden pengganti Mustafa Kemal. Sungguhpun demikian, rakyat Turki tetaplah rakyat Turki, yang tidak bisa menggoyahkan akar Islam yang sudah terpatri dalam hati mereka. Memang secara politis, Negara Turki mempunyai pandangan bahwa mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari peradaban barat, tapi secara kultural, mereka tetap mempertahankan jati diri mereka yang tak bisa terlepas dari Islam. Walaupun Turki dinyatakan sebagai negara sekuler, Islam tetap berakar kuat di hati masyarakat Turki. Ini terbukti para petani yang hidup di pedesaan yang merupakan tiga perempat dari seluruh penduduk Turki tetap merupakan orang-orang muslim yang shaleh. Pengaruh Islam juga masih terlihat pada kaum buruh dan pedagang-pedagang kecil. Hal ini membuktikan bahwa sekulerisasi tidak tumbuh subur di masyarakat Turki yang punya akar ke-Islam-an yang kuat.
- IDEOLOGI KEMALISME DAN KONDISI REPUBLIK TURKI PASCA MUSTAFA KEMAL ATATURK
Secara politis, negara Turki mempunyai pandangan bahwa mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban Barat.sedangkan secara loyalitas cultural, rakyat Turki terus mempertahankan identitas mereka dengan Islam.[11] Jadi, walaupun Turki dinyatakan sebagai negara secular, namun Islam tetap berakar pada masyarakat Turki.
Sepeninggalan Mustafa Kemal at-Taturk, Ismet Inano diangkat menjadi presiden. Sejak itu kajian Islam mulai semarak kembali. Setelah Perang Dunia II usai, pemerintahan satu partai berakhir (ditandai dengan lahirnya partai Demokrat).
Kegiatan keagamaan tampak di mana-mana. Akhirnya hal ini menjadi pendapat umum masyarakat yang menghendaki agar pelajaran agama dimasukkan kembali dalam kurikulum di sekolah.[12]
Meskipun Mustafa Kemal sudah meninggal, akan tetapi Ismet Inano mampu menyemarakkan kembali kajian Islam sehingga kegiatan keagamaan tersebar di mana-mana dan pada akhirnya juga pelajaran yang berbaur agama kembali dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
Dan sebenarnya Mustafa Kemal, meskipun sebagai nasionalis dan pengagum peradaban Barat. Namun, tidak menentang agama Islam. Baginya Islam adalah agama yang rasional yang perlu bagi umat manusia. Tetapi agama yang rasional ini telah dirusak oleh tangan manusia. Oleh sebab itu ia melihat perlunya diadakan pembaharuan dalam soal agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki. Al-Qur’an perlu diterjemahkan dalam bahasa Turki, agar dapat dipahami oleh rakyat Turki. Demikian juga khotbah Jum’at harus diberikan dalam bahasa Turki. Tetapi usaha itu kelihatannya belum berhasil, dan pemikiran untuk mengadakan pembaharuan dalam Islam melalui pemerintahan ditinggalkan.
Perubahan yang dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak sampai menghilangkan agama. Rivitalismenya berpusat pada kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan dalam politik. Oleh karena itu pembentukkan partai Islam, partai Kristen, dan sebagainya. Yang terutama ditentang adalah ide negara Islam dan pembentukkan negara Islam. Negara mesti dipisahkan dari agama. Institusi-institusi negara, sosial. Politik, ekonomi, hukum, dan pendidikan harus dibebaskakan dari kekuasaan syariat. negara dalam pada itu menjamin kebebasan beragama bagi masyarakat.[13]
Dari semenjak timbulnya tiga aliran pembaharuan di Turki. Golongan Barat, golongan Islam, golongan Nasionalis Turki, telah dapat diramalkan bahwa yang akhirnya akan mendapat kemenangan adalah golongan nasionalis. Ide golongan Islam yang ingin mempertahankan institusi dan tradisi lama, di ketika dunia Timur tampak dipengaruh ide pembaharuan, tidak akan mendapat sokongan yang kuat. Demikian juga ide weternisasi yang ingin meniru Barat dan mempertahankan sistem pemerintahan kerajaan Ustmani di ketika rasa anti-Barat dan anti-Sultan sedang meningkat di Turki, tidak akan dapat bertahan. Tetapi golongan nasionalis, yang ingin mengadakan pembaharuan atas dasar nasionalisme dan peradaban Barat, di ketika dunia Timur sedang dipengaruhi oleh ide nasionalisme dan pembaharuan, pasti akan memperoleh kemenangan. Keadaan dan situasi zaman itu memang menolong bagi Mustafa Kemal untuk mewujudkan cita-citanya.[14]
Jadi, sudah dapat diperkirakan dari ketiga golongan tersebut di atas, yang akan mendapatkan kemenangan adalah golongan nasionalis dan keadaan inilah yang memang menolong bagi Mustafa Kemal untuk mewujudkan cita-citanya.
Ia meninggal dunia di tahun 1938. Usaha pembaharuan yang dimulainya dijalankan terus oleh pengikut-pengikutnya. Tetapi bagaimanapun rasa keagamaan yang mendalam di kalangan rakyat Turki tidak menjadi lemah dengan sekularisasi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal dan pemerintahan Nasionalis Turki. Islam telah mempunyai akar yang mendalam pada masyarakat Turki, dan sulit dapat dipisahkan dari identitas nasional Turki. Orang Turki akan merasa dihinakan kalau mereka dikatakan bukan orang Islam.
Tidak mengherankan kalau tidak lama kemudian gerakan “kembali kepada agama” timbul di Turki. Di tahun 1940 imam-imam tentera mulai bertugas di Angkatan Bersenjata Turki. Di tahun 1949 pendidikan agama mulai dimasukkan kembali ke dalam kurikulum sekolah selama dua jam seminggu. Setahun kemudian pendidikan agama itu dibuat bersifat wajib. Fakultas Ilahiyat yang di tahun 1933 diubah menjadi Institut Studi Islam, dihidupkan kembali di tahun 1949. Mulai dari tahun 1950 orang-orang Turki telah diperbolehkan naik haji ke Mekkah. Majalah-majalah Islam mulai muncul seperti Sebil-Ur Resad dan Selamat. Ensiklopedi Islam juga diterjemahlkan ke dalam bahasa Turki. Tarekat, yang selama ini tetap mempunyai pengikut besar secara rahasia di kalangan petani dan buruh, mulai berani menonjolkan diri. Dalam bidang politik Islam juga telah mulai memainkan rol.[15]
Memang sebenarnya perubahan dari Mustafa Kemal tidak menghilangkan agama Islam dari rakyat Turki, dan Mustafa Kemal memeng tidak bermaksud demikian. Yang ia maksudkan itu adalah menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan. Dan ternyata gerakan pembaharuan pascanya juga dapat mengembalikan sesuatu yang selama ini bersifat tersembunyi karena adanya pengaruh dari Barat. Akan tetapi sekarang masyarakat Turki sudah melakukan keagamaan itu dengan sifat yang terbuka.
KESIMPULAN
Dalam pemikiran tentan pembahruan pasca Mustafa Kemal ini dipengaruhi bukan oleh ide golongan Nasionalis saja, tetapi juga oleh ide golongan Barat. Karena dia berpendapat Turki bisa maju hanya dengan meniru Barat. Dan setelah perjuangan kemerdekaan selesai, demikian Mustafa Kemal, perjuangan baru dimulai, yaitu perjuangan untuk memperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki.
Menurut Mustafa Kemal dan pengikutnya, ketinggian suatu peradaban terletak dalam keseluruannya bukan sebagiannya saja. Pembaharuan pertama ditujukan terhadap bentuk negara. Bahwasannya menurut Mustafa Kemal harus diadakan pembaharuan, yaitu pemerintahan harus dipisahkan dari agama. Karena agama adalah masalah yang pribadi dan tidak boleh dicampuradukkan dengan masalah politik.
Meskipun Mustafa Kemal adalah seorang yang sangat mengagumi akan peradaban dan mempunyai hubungan erar dengan Barat, tapi dia tidak menghilangkan agama dari masyarakat Turki itu sendiri. Walau Turki dinyatakan sebagai negara secular, Islam tetap mengakar kuat pada masyarakat Turki.
Dan sepeninggal Mustafa Kemal. Usaha pembaharuan yang dimulainya terus dijalankan oleh pengikut-pengikutnya. Tetapi bagaimanapun rasa keagamaan yang mendalam pada masyarakat Turki tidak melemah dengan pembaharuan yang diakukan oleh Mustafa Kemal dan Pemerintahan Nasionalis Turki. Karena Islam sendiri sudah mempunyai akar yang mendalam dan sulit untuk dipisahkan dari identitas nasional Turki.
Ketika Ismet Inano diangkat menjadi presiden. Sejak itu, kajian Islam mulai semarak kembali dan kegiatan keagamaan tampak di mana-mana. Akhirnya hal ini menjadi pendapat umum masyarakat yang menghendaki agar pelajaran agama dimasukkan kembali dalam kurikulum sekolah. Dan yang selama ini bersifat tersembunyi sekarang sudah leluasa menjalaninya (bidang keagamaannya).
Pembaharuan setelah Mustafa Kemal ini kajian tentang agama tidaklah musnah, karena memang Mustafa Kemal tidak bermaksud demikian. Yang dimaksudnya adalah untuk menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
Mukti, Ali. 1994. Islam dan Sekularisme di Turki. Jakarta: Penerbit Djambatan
Al-‘Usairy, Ahmad. 2004. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar
Niswah, Choirun. 2006. Sejarah Pendidikan Islam. Palembang : IAIN Raden Fatah Press
Thohir, Ajied. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta : Bulan Bintang
[4] Op,Cit. hal, 125
[6] Ajied Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) hal 223
[7] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Raja Grifindo Persada, 2007) hal. 167
[9] Ajied Thohir, Loc,Cit. hal. 225
[11] Ajied Thohir, Op,Cit. hal. 226
[12] Ibid., hal. 227
[13] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta : Bulan Bintang, 2003) hal. 145
[14] Ibid.
[15] Harun Nasution, Ibid., hal. 146
)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))
Disusun oleh:
Ikbal (0829023)
Ismasari (0829007)
Dosen Pembimbing:
Muhtarom