Profil Lembaga Pendidikan Islam Ideal Dalam Menjawab Tantangan Zaman
Muhtarom, S.Pd.I
A. Pendahuluan
Tuntutan perubahan di segala aspek kehidupan, sepertinya tidak bisa ditawar-tawar lagi, perkembangan masyarakat dunia dari waktu ke-waktu terus mendorong kearah perubahan, kita sebagai bagian dari masyarakat dunia tersebut,mau tidak mau dipaksa untuk ikut dalam perubahan itu. Sekarang ini arus globlisasi tidak terhindarkan lagi, era informasi telah berubah wajah dunia menjadi semakin indah. Era ini ditandai denganm cirri-ciri seperti menguasai dan mampu mendayagunakan arus informasi, bersaing terus menerus belajar, dan menguasai kemampuan menggunakan berbagai teknologi.
Kondisi ini selanjutnya akan mempengaruhi dunia pendidikan, yang pada giliranya menjadi tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan khususnya Lembaga Pendidikan Islam. Oleh karena itu dalam makalah ini mencoba menjelaskan tentang kajian kritis pendidikan islam dari masa kemasa dan bentuk-bentuk dari tantangan yang dihadapi oleh Lembaga Pendidikan Islam serta upaya dalam menghadapi tantangan itu sehingga pada ahirnya terumus satu konsep desain profile Lembaga Pendidikan Islam ideal dalam menghadapi tantangan zaman tersebut.
B. Kajian Kritis Pendidikan Islam dalam Perspektif Sejarah
Kelahiran pendidikan Islam di mulai dengan dimualinya syiar dakwah Nabi Muhammad SAW, sebab antara dakwah dan pendidikan memiliki keterkaitan yang erat, dimana dalam dakwah ada misi dakwah dan dalam pendidikan ada misi dakwah. Hal inilah yang melatarbelakangi klaim wacana pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dalam lintasan sejarah mulai dari masa Nabi, Sahabat dan setersunya.
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang cukup panjang, Pendidikan Islam tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi itu sendiri. Pada zaman awal perkembangan Islam, tentukan saja pendidikan formal yang sistemais belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan informal dan inipun lebih dikaitkan dengan upaya-upaya dakwah islamiyah, penyebaran dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan ibdah Islam[1]
Jika kita ingin melihat dan mengkaji pendidikan Islam dalam perkembangan dan pertumbuhanya paling tidak kita bagi dalam beberapa periode sehingga nanti dapat dilakukan kajian kritis, diantaranya adalah :
Pertama, periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin
Kedua, periode pertumbuhan pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan pada masa khilafah Umayah
Ketiga, perkembangan pendidikan Islam pada masa masa khalifah Abbasiyah
Keempat, periode kumnduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya mesir ke tangan Napoleon yang di tandai dengan rutuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam danberpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia barat
Kelima, periode pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan mesir oleh Napoleon sampai saat ini yang ditandai dengan kebangkitan kembali ummat dan kebudayaan Islam.
Pendidikan Islam pada masa Nabi berlangsung ketika Muhammad SAW menerima wahyu pertama kalidi gua hira’ di mekkah pada tahun 610 masehi, inti pendidikan Islam di mekkah ditekankan pada pendidikan tauhid dan pengajaran Alqur’an. Sedangkan di Madinah pembinaan pendidikan Islam dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik (dalam arti luas tentunya)
Pendidikan Islam pada masa khulafaurrasyidin terjadi setelah Nabi wafat pada masa itu telah ada pusat-pusat pendidikan Islam yaitu : di kota Mekkah dan Madinah (hijaz), dikota basra dan kufah (irak), kota damsyik dan palestina (syam) dan kota fistat (mesir). Yang kemudian sebelumnya di sebut madarasah.
Pendidikan Islam pada masa Bani Umayah (khilafah umayah) memberikan batu loncatan atau meletakan dasar-dasar bagi kemajuan pendidikan Islam dan pemikiran pada masa pemerintahan khilafah selanjutnya. Pertumbuhan pendidikan atau ilmu pengetahuannya seperti admisnistrasi Negara, penyempurnaan tulisan Alqur’an, penulisan hadist, Madrasah Hasal Albasri, ilmu fiqih, sastra , filsafat dan ilmu eksakta,
Pendidikan Islam mengalami puncak keemasan pada masa khalifah Abbasiyah mengingat banyaknya kontribusi keilmuan yang disumbangkan, karya dan tokoh-tokohnya menjadi inspirasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, hal ini juga ditandai dengan banyak munculnya pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Dengan mengkaji ini tentunya kita akan mengetahui kelebihan dan kelemahan system pendidikan yang diterapkan. Pola-pola pendidikan pada masa ini tentu sangat perlu kita contoh mengingat yang menjadi motivasi dan latar belakang tumbuh dan berkmbangnya minta ummat Islam untuk menuntut ilmu diawali dengan tuntutan Alqu’ran sendiri sehingga motivasi ini benar-benar menjadi cambuk bagi mereka karna Islam sudah selayaknya memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Seiring dengan perjalanan waktu pendidikan Islam dalam masa ini mengalami berbagai kemunduran diantara beberapa faktornya ialah karena factor internal ummat Islam sendiri yaitu pergolakan politik, hal ini selayaknya menjadi inspirasi kita dimasa ini untuk terus berbuat yan terbaik bagi Islam dengan tidak terlalu banyak terlibat dalam konflik politik. Kemudian ada juga factor eksternal mengingat Barat dengan berbagai kekeuatanya yang ada mampu menaklukan bahgdad sehingga membuat kemajuan ilmu pengetahun Islam lenyap.
C. Kajian Kritis Pendidikan Islam Indonesia Dewasa Ini
Memasuk era baru, era kebersatuan ummat manusia (globalisasi) seperti sekarang ini, pendidikan Islam dihadapkan kepada berbagai macam persoalan yang semakin berat. Sementara diahadapanya, dunia sosial (masyarakat) sedang diterpa krisis moralitas melalui media massa dan elektronik dapat diperoleh informasi mengenai berbagai gejala dekadensi moral yang ahir-ahir ini sering terjadi, khususnya dikota-kota besar.
Kondisi yang sama melalui gejala itu juga terjadi dalam dunia pendidikan, yang ditandai dengan maraknya tawuran, kekerasan antar pelajar, bahkan penyalahgunaan obat-obat terlarang[2]. Kecendrungan tersebut tampaknya merupakan fenomena yang terkait dengan ketidak mampuan lembaga pendidikan dalam memperkuat kelembagaan dan nilai-niali Islam bagi kehidupan individu dan sosial.
Ketidak mampuan pendidikan dalam menciptakan tatanan hubungan sosial yang kuat antar warga sekolah dan masyarakat menyebabkan mereka hidup seperti liar tidak memiliki ikatan organic yang mantap. Sementara ikatan-ikatan tradisional dalam bentuk kekerabatan dan kekeluargaan telah terporak-poranda diterpa arus globalisasi yang cepat dan fundamental. Akibatnya manusia mengalami keterasingan, yang makin lama, makin mendorongnya kepada hilangnya orientasi kemanusiaan.
Situai ini telah berlangsung lama dirasakan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang terus menyeruak ke berbagai segi kehidupan. Kini masyarakat Indoensiua sedang memasuki zaman baru, zaman globalisasi dimana persaingan antar bangsa dalam suasana perekonomian pasar bebas, dan perekonomian dunia semakin melebar dengan berbagai konsekwensinya. Kehidupan terhadap tatanan hubungan sosial yang bersifat organic mulai dirasakan.
D. Lembaga Pendidikan Yang Menghasilkan SDM Yang Mampu Menghadapi Tantangan Zaman
Tantang lembaga pendidikan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, menurut Cece Wijaya dapat di lukiskan sebagai perubahan masyarakat dibidang sosial, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berpengaruh terhadap system pendidikan yang sedang berjalan[3]. Pengaruh tersebut menuntut lembaga pendidikan untuk mampu menyesuaikanya dengan upaya pembaharuan dengan upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berikut akan dijelaskan bentuk- bentuk tantangan tersebut:
1. Tantangan di Bidang Politik
Dalam kehidupan politik, tentu politik kenegaraan banyak berkaitan dengan masalah bagaimana lembaga itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kehidupan bangsa dalam jangka panjang. Pengarahan tersebut didasarkan atas falsafah Negara yang mengikat semua sector perkembangan bangsa dalam proses pencapaian tujuan Negara yang mengikat atau tujuan nasional itu. Dengan kata lain lembaga pendidikan yang ada di dalam wilayah suatu Negara adalah merupakan sector perkembangan kehidupan budaya bangsa yang commited (terikat) denga tujuan perjuangan nasional yang berlandaskan pada falsafah negaranya. Oleh karena itu, maka suatu lembaga pendidikan yang tidak tersedia mengikuti politik negaranya, akan merasakan bahwa politik tersebut menjadi pressure ( tekanan ) terhadap cita kelembagaan tersebut. Sudah barang tentu hal ini merupakan tantangan yang perlu dijawab secara ” politics fundamental” pula. Karena hal tersebut menyangkut kepentingan perkembangan bangsa dimasa depan dan dalam maknanya bagi pemeliharaan watak dan kepribadian, kreatifitas dan disiplin bangsa itu sendiri[4].
Jadi lembaga pendidkan Islam harus menghadapi tantangan ini dengan objektif, artinya lembaga pendidikan Islam mau takamau harus mengikuiti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) demi mencapai tujuan perjuangan nasional bangsa yaitu dengan cara terlibat aktif dalam perumusan kepeutusan yang berhuungan dengan kepentingan kependidikan, misalnya dalam perumusan UU Sisdiknas tersebut.
2. Tantangan di Bidang Kebudayaan
Kebudayaan yaitu hasil budi daya manusia baikbersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri atau bangsa lain. Satuaperkembangan kebudayaan dalamabad modern ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses akulturasi (perpaduan atau saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lain ), dimana factor nilai mendasari kebudayaan sendiri sangat menentukan survive (daya tahan) bangsa tersebut. Bila mana nilai-nilai cultural bangsa itu melemah karena berbagai sebab, maka bangsa itu akan mudah terperangkap atau terteln oleh kebudayaan lain yang memasukinya, sehingga adientitas kebudayaan bangsa itu sendiri akan lenyap.
Sikap selektif dalam menerima atau menolak kebudayaan asing perlu dilandasi dengan penganalisaan mendalam yang bersumberkan dari pandangan hidupnya sendiri baik sebagai institusi maupun sebagai bangsa. Sikap selektif pada hakikatnya bukanlah sikap-sikap menyerah atau sikap netral, melainkan sikap kreatif yang hati-hati berdasarkan atas pertimbangan untung rugi bagi perkembanganya lebih lanjut. Oleh karena itu memerlukan pengetahuan yang mendalam dan wawasan yang menjangkau kemasa depan bagi eksistensi hidupnya. Diantara budaya asing yang mempengaruhi kebudayaan bangsa ini adalah trend sex bebas. Ini merupakan tantangan besar bagi lembaga pendidikan Islam untuk membentengi anak-anak bangsa dari pengaruh negaatif yang diakibatkan oleh kebudayaan tersebut. Karena kalau tidak, nilai-nilai cultural bangsa ini akan terancam pudar dan akan musnah seiring berlalunya waktu.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Melinium ketiga dengan ciri-ciri dimana diantara manusia satud engan yang lain berbeda keadaan geografis, budaya, nilai0nilai, bahasa dan sebagaimnya sudah dapat disatukan melalui teknologi komunikasi, seperti: telepon, computer, faximily dan sebagainya.melalui berbagai peralatan tersebut, manusia bersamaan. Era informasi yang akan dating menyebabkan lingkungan sosial semakin luas karean disatukan oleh teknologi dibidang komunikasi yang memunculkan era globalisasi.[5]
Collin Rose dalam bukunya accelerated learning menggambarkan wajah masa depan sebagai dunia yang berubah dengan laju semakin kencang; problem kehidupan, masyarakat dan perekonomian menjadi sangat komplek, jenis0jenis pekerjaan menghilang dengan cepat tak terbayangkan dan masa lalu yang semakin tidak dapat dijadikan pedoman bagi masa depan[6].
Kehadiran alat-alat canggih seperti, radio, televise, computer dan alat-alat elektronik lainya akan akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Alat canggih ini akan membawa tantangan bagi pendidikan dalam pengmbangan sumber daya manusia. Dan umunya alat-alat teknologi ini diciptakan untu mempermudah manusia bekerja dan berbuat serta dapat memberikan rasa senang kepada pemaikainya[7].
Bentuk lain dari kecanggihan teknologi informasi sekarang adalah internet. Internet merupakan sebuah koleksi golabl dari ribuan jaringan yang dikelola secara bebas. Internet menjadi popular karena merupakan media yang tepat untuk memperoleh informasi terkini dengan berbagai variasinya secara cepat dan mudah
Internet sangat populer khususnya dikalangan muda, selain mudah untuk digunakan siapa saja, internet dapat menjadi ajang gaul yang murah, tempat mencari informasi pendidikan dnlowongan kerja yang up to date, khususnya dibidang pendiidkan, internet menawarkan berbagai manfaat,diantaranya ketersediaan informasi yang up to date yang telah mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi diberbagai belahan dunia.[8] Ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai kekutan kecepatan, kompleksitas dan ketidak pastian. Kecepatan dunia berubah menuntut dan mensyatatkan kemampuan belajar yang cepat pula sehingga mampu menganalisa setiap situasi secara logis dan memecahkan dunia berubah menuntut dan mensyaratkan kemampuan belajar yang cepat, sehingga mampu menganalisa setiap situasi logis dan memecahkan masalah secara kreatif.
Kemajuan dibidang tenologi ini pada ahirnya akan berpengruh pada kejiwaan dan kepribadian masyarakat. Pada era informasi yang sanggup bertahan hanyalah mereka yang berorientasi kedepan, yang mampu mengubah pengetahuan menjadi kebijakan. Oleh karena itu dunia pendidikan Islam dimasa sekaranh benar-benar dihadapkan pada tantangan yang cukup berat, untuk mengantisipasinya maka dilakukan upaya strategis antara lain, tujuan pendidi8kan dimasa sekarang tidak cukup hanya dengan memberikan bekal pengethauan keterampilan, keimanan dan ketakwaan saja. Tetapi juga harus diarahkan pada upaya melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri dan produktif mengingat dunia yang akan dating adalah dunia yang kompetitif (dunia yang penuh persaingan)
Menurut Sailing Wen salah seorang usahawan teknologi di Taiwan mengatakan yang dihadapi dunia pendidikan sekarangini adalah revolusi dalam belajar di zaman ini, zaman internet harus menyesuaikan diri dan berubah kalau tidak tidak akan tinggal sejarah[9]. Dan tidak menutup kemungkinan lembaga pendidikan Islam akan menjadi bagian dari sejarah tersebut, kalau tidak mulai membenahi system yang ada, serta bergerak menuju penguasa ilmu pengetahuan dan teknologi modern sehingga mampu bersaing di era globalisasi sekarang ini.
4. Tantangan di Bidang Ekonomi
Ekonomi merupakan tulang punggung dari kehidupan bangsa yang dapat menetukan maju mundurnya, lemah-kuatnya, lambat cepatnya suatu proses perkembangan system pendidikan dalam masyarakat bangsa. Oleh karena itu kehidupaan ekonomi suatu bangsa hanya mempengaruhi pertumbuhan lembaga pendidikan. Bahkan juga mempengaruhi system kependidikan apa yang diberlakukan serta kelembagaan kependidikan yang bagaimana dapat menunjang ataupun mengembangkan system ekonomi yang di inginkan.
Bila dilihat dari sector ini, maka problem-problem kehidupa ekonomi perlu dijawab oleh lembaga-lembag pendidikan. Apabila diingat bahwa hasil pendidikan adalah sama prosesnya dengan hasil produksinya tenaga ahli. Maka uykuran ekonomi bagi suatu lembaga penbdidikan yang demikian itu adalah suatu hal yang terlalu alistis dan pragmatis. Namun dalam bidang inilah saat ini banyak memberikan tantangan kepada lembaga pendidikan kita. Jawaban yang diberikan oleh lembaga kependidikan antara laian tercermin dalam system kependidikan serta kurikulum atau program kependidikan yang ditetapkan.
5. Tantangan di Bidang Kemasyarakatan
Kemasyarakatan adalah merupakan suatu lapangan hidup manusia yang mengandung ide-ide yang sangat laten terhadap pengaruh kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai system kehidupan kemasyarakatan adalah tidak statsi dan tidak bebas beku, kecendrungan ke arah perkembangan dinamis yang mengandung implikasi perubahan-perubahan yang biasa dikenal sebagai perubahan sosial.
Perubahan-peribahan sosial yang ada dimasyarakat adalah suatu hal yang pasti dan tidak terhindarkan lagi. Misalnya pada era agricultural kekuatan ekonomi terletak pada kepemilikan tanah atau sumber daya alam. Kemudian setelah itu beralih ke era industrial, dimana kekuatan ekonomi terletak pada kemampuan memiliki modal dan alat produksi dan sekarang kit telah memasuki era globalisai atau era informasi. Pada era ini kekuatan ekonomi seorang terletak pada kepemilikan terhadapa informasi seorang yang memiliki informasi akan lebih memiliki peluang dari pada yang tidak tahu informasi.[10]
Dari perubahan yang terjadi pada masyarakat terutama pada era iinformasi sekarang tentu ada dampak yang ditimbulkan, baik itu dampak positif maupun negative. Menurut arifin dalam bukunya kapita selekta pendidikan mengemukakan manfaat positif yang dapat diambil dari kecanggihan teknologi informasi ini adalah dapat memepermudah semua kegiatan menusia, sedangkan dampak negatifnya adalah melemahnya fungsi daya mental-spritual jiwa yang sedang timbul dan berkembang seperti kecerdasan pikiran ingatan kemauan dan perasaan[11].
Inilah problema yang dihadapi oleh masyarakat yang harus dipecahkan oleh lembaga pendidikan Islam. lembaga pendidikan sebagai agent of change bertugas menetralisir dampak-damapk negative yang ditimbulkan olehkemajuan teknologi tersebut. Selain itu lembaga pendidkan Islam juga bertugas sebagai pemberi arah yang jelas terhadap perubahan yang ada di masyarakat, karena perubahan yang terjadi dalam system kehidupan sosial seringkali mengalami ketidakpastian tujuan.
6. Tantangan di Bidang Sistem Nilai
System nilai adalah tumpuan norma-norma yang dipegangi oleh manusia ebagai mahkluk individu dan sebagai mahkluk sosial, baik itu berupa norma transional maupun norma agama yang telah berkembang dalam masyarakat. System nilai juga dijadikan tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi mengendalikan, mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat itu sendiri. Bahkan juga mengandung potensi rohaniah yang melestariakan eksisitensi masyarakat itu. Namun demikian, system nilai tersebut bukanya tidak dapat mengalami perubahan. Terutama diakibatkan oleh kemajuan befikir manusia itu sendiri maupaun desakan dari system nilai yang dianggap lebih baik. Diseluruh dunia, saat ini sedang dilanda perubahan sistim nilai tradisional yang ada. Hal ini disebabkan oleh budaya matrealistis yang mendidik masyarakat menilai sesuatu dari nilai materinya. Sesuatu dianggap berharga kalau mengandung nilai-nilai materi, yang pada giliranya akan melahirkan paham komunis.
Inilah yang menjadi titik sentral problem yang menjadi tantangan terhadap lembaga pendidikan, yang salah satu fungsinya adalah mengawetkan system nilai yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga akulturasi budaya asing tidak menenggelamkan nilai0nilai cultural bangsa ini. Oleh, karena itu lembaga pendidikan perlu memberikan jawaban-jawaban yang tepat, sehingga kecendrungan dan sikap berfikir msyarakat tidak terombang-ambing tanpa arah yang jelas.
- SDM
Pendidikan Islam mengarahkan kepada pengembangan bakat-bakat manusia dan membangkitkan nilai-nilai kebajikan yang mulia dalam dirinya. Tujuan ini merupakan pondasi utama tempat dibangunya kepribadian manusia, masyarakat dan perdaban Islam. Oleh karena itu dalam pandangan Islam seperangkat system pendidikan yang konstruktif dan perwujudunya melui orang tua, guru, lembaga pendidikan, Negara dan para pembaharu sosial Islam memiliki arti yang sangat penting.
Ada beberapa point tujuan pendidikan Islam yang berkenaan dengan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu :
Pendidikan islam bertujuan untuk mengembngkan sumberdaya manusia untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat manusia. Selanjutnya yaitu untuk menuntun manusia kearah metode berfikir ilmiah serta penguasaaan ileum pengetahuan. Membantu anak-anak sera kaum muda memberi mereka semangat menuntut ilmu, keahlian dan spesialisasi dalam berbagai bidang.[12]
Dari pernyataan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas mustahil akan terwujud tanpa adanya peran pendidikan Islam, dan untuk itu semua diperlukan suatu pendidikan Islam yang tepat.
Begitu pun sebaliknya system pendidikan Islam yang baik dan tepat serta universal sesuai dengan keinginan ummat Islam dan umat manusia pada umumnya tidak akan tercipta tanpa adanya kepedulian dari pad intelektula muda islam yang berkualitas dan tangguh dalam memperjuangkan kemaslahatan ummat Islam.
Cukup beralasan jika kita katakan bahwa lembaga pendidikan Islam belum siap memasuki era mellinium ketiga, jika tidak segera berbenah diri di era ii akan menjadi medan kematian bagi lembaga pendidikan Islam. Untuk itu setidaknya ada empat jenis strategi yang harus ditawarkan dalam upaya menjadikan lembaga pendidikan Islam yang kuat tanpa harus kehilangan jati diriya sehingga mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Kempat strategi itu adalah :
1. Strategi Substantive
Lembaga pendidikan Islam perlu menyajikan program-program yang kompetitif. Dilihat dari metode penyajianya, program-program tersebut menyentuh tiga aspek pembelajaran, yaitu kognitif (pemahaman), afektif ( penerimaan/sikap) dan psikomotorik (pengalaman). Jika mengacu pada konsep dasar pendidikan oleh UNESCO, proses pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam harus dapat membantu peserta didik memiliki lima kemmpuan, yaitu to know (meraih pengetahuan) , to do (berbuat sesuatu), to be (menjadi diri sendiri), to live together (hidup berdampingan), to know god’s creation (mengenal ciptaan Tuhan). Bila semua aspek dan kemampuan ini disajikan secara terpadu, maka para lulusan Lembaga Pendidikan Islam diharapkan memiliki keseimbangan antara kualitas ilmu/intelektual, iman dan amal/akhlak.
2. Strategi bottom-up
Hal ini berarti bahwa Lembaga Pendidikan Islam harus tumbuh dari bawah. Konsep dan desaigne program serta struktur kelembagaan pendidikan Islam harus disesuaikan dengan potensi, situasi dan aspirasi masyarakat. Strategi ini diperlukan agar Lembaga Pendidikan Islam tidak terkesan miliki suatu rezim, Departemen Agama atau pengurus yayasan yang mengelolanya, tetapi milik masyarakat lingkunganya. Masyarakat perlu dilibatkan agar memiliki concern (kepedulian), sense of belonging (rasa memiliki) dan sense of responsibility (rasa turut bertanggung jawab) terhadap keberadaan Lembaga Pendidikan Islam di lingkungan mereka.
3. Strategi deregulatory
Lembaga Pendidikan Islam sedapat mungkin tidak terlalu terikat pada ketentuan-ketentuan baku yang terlalu sentralistik dan mengikat. Agar tidak terkesan liar atau anarkis, diperlukan kebijaksanaan khusus dari jajaran Departemen Agama atau pemerintah daerah, agar Lembaga Pendidikan Islam bebas berkreasi dan berimpropisasi, sehingga dapat mengembangkan program-program yang sesuai dengan sifat-sifat khusus yang dimilikinya.
Lembaga Pendidikan Islam perlu di beri peluang yang seluas-luasnya untuk mendesaigne kurikulum, khususnya kurikulum local, mengembangkan sumber belajar, merekrut tenaga pengajar, terutama tenaga pengajar luar biasa dan mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan
4. Strategi cooperative[13]
Lembaga Pendidikan Islam perlu mengembangkan jaringan baik antara sesame Lembaga Pendidikan Islam maupun dengan Lembaga Pendidikan lain. Disamping itu, Lembaga Pendidikan Islam memerlukan semangat kepeloporan dan kerjasama saling menguntungkan dengan semua unsure dalam masyarakat.
Stragei dan profile lembaga-lembaga pendidikan Islam ini penulis kaji secara universal dan integratif, penulis berpandangan profile lembaga pendidikan Islam ideal kedepan tidak dilihat secara fisik (labelisasi) saja tetapi lebih kepada substansi dan esensi. Dengan demikian konsep ini bisa dipakai dan di aplikasikan kepada lembaga pendidikan Islam yang sudah ada saat ini, sehingga perwujudan tujuan pendidikan yang berahir pada out put sumber daya manusia berkulaitas dapat terpenuhi.
D. Simpulan
Dari kajian strategis ini ada beberapa poin penting yang menjadi simpulan ahir yaitu :
1. Kajian kritis pendidikan Islam secara hostoris khususnya pada masa-masa awal pertumbuhan dimulai pada masa Nabi, Khulafaurasyidin, Khalifah Umayah, Khalifah Abbasiyah ditujukan untuk mencari akar kelebihan dan kelemahan system pendidikan yang diterapkan pada saat itu sehingga diketahui titik mana yang harus dipertahankan dan titik mana yang harus dirubah sehingga dapat menjadi refleksi menuju pengembangan pendidikan Islam saat ini
2. Pendidikan Islam saat ini tengah mengalami berbagai macam persolan, sehingga Pendidikan Islam diklaim saat ini mengalami kemunduran, dan lebih tragis lagi belum bampu menjawab tantangan zaman. Problem ini mendorong seluruh stekhholder pendidikan Islam saat ini untuk mencari solusi alternative pengmbangan dan pembaharuan kearah perbaiakan sehingga tetap survive menghadapi tantangan zaman.
3. Tantangan-tantangan yang dihadapi pendidikan Islam saat ini adalah antara lain : bidang politik, budaya, ekonomi, kemsyarakatan ,sistim nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan ini menjadi salah satu landasan filosofis pengembangan Pendidikan Islam menju kearah peningkatan kualitas SDM melalui Rekontruksi kelembagaan pendidikan Islam
4. Upaya peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan strtegi cooperative, deregulatory, bottom-up, Substantive.
Daftar Pusataka
Arifin,HM. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1995
…………., Kapita Selekta Pendidikan ( Islam dan Umum ) , Jakarta, Bumi Aksara, 2000
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi Dan Modernisasi Menuju Meilenium Baru, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002
Djuwaeli, M. Irsyad, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Jakarta, Karsa Utama Mandiri, 1998
Hawi, Akmal Kapita Slekta Pendidikan Islam, palembang, IAIN Raden Fatah Press, 2005
Oetomo, Budi Sutedjo Dharmo, e-education (Konsep, Teknologi Dan Aplikasi Internet Pendidikan), Yogyakarta, 2002
Magazine, Mahjub, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta, Firdaus, 1992
Nata ,Abudin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta, Gramedia, 2001
Rose , Collin & Malcom J. Nicholl, Cara Belajar Cepat Abad Xxi, Bandung, 2002,
Wen, Sayling, Future Of Education (Masa Depan Pendidikan), Batam, Lucky Publisher, 2003
Wijaya, Cece, Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Masnusia, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1999
Tantangan – tantangan lembaga pendidikan di atas mengandung implikasi bahwa lembaga pendidikan Islam mempunyai peran ganda yakni :
1. sebagai pewaris budaya ( agent of conservative )
Pendidikan islam mengarah kepada pengembangan bakat-bakat manusia dan membangkitkan nilai-nilai kebajikan yang mulia dalam dirinya.tujuan ini merupakan pondasi utama tempat dibangunnya kepribadian manusia,masyarakat dan peradaban islam.oleh karena itu,dalam pandangan islam,seperangkat system pendidikan yang konstruktif dan perwujudannya melalui orang tua,guru,lembaga pendidikan,Negara dan para pembaharu sosial islam memiliki arti yang sangat penting.
Ada beberapa point tujuan pendidikan islam yang berkenaan dengan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas ,yaitu :
“pendidikan islam bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia untuk di manfaatkan bagi kemaslahatan umat manusia.selanjutnya yaitu untuk menuntun manusia kearah metode berfikir ilmiah serta penguasaan ilmu pengetahuan.membantu anak-anak serta kaum muda memberi mereka semangat menuntut ilmu,keahlian dan spesialisasi dalam berbagai bidang”(mahjubah magazine,1992:10)
Dari pernyataan diatas,kita dapat menyimpulkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas mustahil akan terwujud tanpa adanya peran pendidikan islam.dan untuk itu semua diperlukan suatu pendidikan islam yang tepat
begitu pula sebaliknya,system pendidikan islam yang baik dan tepat serta universal sesuai dengan keinginan umat islam dan umat manusia pada umumnya tidak akan tercipta tanpa adanya kepedulian daripada intelektual muda islam yang berkualitas dan tangguh dalam memperjuangkan kemaslahatan umat islam.
[1] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi Dan Modernisasi Menuju Meilenium Baru, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002, hlm.vi
[2] M. Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Jakarta, Karsa Utama Mandiri, 1998, hlm. 66
[3] Cece Wijaya , Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Masnusia, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1999, hlm. 38
[4] HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan ( Islam dan Umum ) , Jakarta, Bumi Aksara, 2000, hlm. 41
[5] Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta, Gramedia, 2001, 144-145
[6] Collin Rose & Malcom J. Nicholl,Cara Belajar Cepat Abad Xxi, Bandung, 2002, hlm. 11
[7] HM.Arifin, op.cit. hlm 35-36
[8] Budi Sutedjo Dharmo Oetomo, e-education (Konsep, Teknologi Dan Aplikasi Internet Pendidikan), Yogyakarta, 2002, hlm. 11-12 s
[9] Sayling Wen, Future Of Education (Masa Depan Pendidikan), Batam, Lucky Publisher, 2003, 63
[10] Abudin Nata, op.cit, hlm. 145
[11] HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1995, hlm. 8
[12] Mahjub Magazine, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta, Firdaus, 1992, hlm.10
[13] Akmal Hawi, Kapita Slekta Pendidikan Islam, palembang, IAIN Raden Fatah Press, 2005, hlm. 31-31
Muhtarom, S.Pd.I
A. Pendahuluan
Tuntutan perubahan di segala aspek kehidupan, sepertinya tidak bisa ditawar-tawar lagi, perkembangan masyarakat dunia dari waktu ke-waktu terus mendorong kearah perubahan, kita sebagai bagian dari masyarakat dunia tersebut,mau tidak mau dipaksa untuk ikut dalam perubahan itu. Sekarang ini arus globlisasi tidak terhindarkan lagi, era informasi telah berubah wajah dunia menjadi semakin indah. Era ini ditandai denganm cirri-ciri seperti menguasai dan mampu mendayagunakan arus informasi, bersaing terus menerus belajar, dan menguasai kemampuan menggunakan berbagai teknologi.
Kondisi ini selanjutnya akan mempengaruhi dunia pendidikan, yang pada giliranya menjadi tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan khususnya Lembaga Pendidikan Islam. Oleh karena itu dalam makalah ini mencoba menjelaskan tentang kajian kritis pendidikan islam dari masa kemasa dan bentuk-bentuk dari tantangan yang dihadapi oleh Lembaga Pendidikan Islam serta upaya dalam menghadapi tantangan itu sehingga pada ahirnya terumus satu konsep desain profile Lembaga Pendidikan Islam ideal dalam menghadapi tantangan zaman tersebut.
B. Kajian Kritis Pendidikan Islam dalam Perspektif Sejarah
Kelahiran pendidikan Islam di mulai dengan dimualinya syiar dakwah Nabi Muhammad SAW, sebab antara dakwah dan pendidikan memiliki keterkaitan yang erat, dimana dalam dakwah ada misi dakwah dan dalam pendidikan ada misi dakwah. Hal inilah yang melatarbelakangi klaim wacana pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dalam lintasan sejarah mulai dari masa Nabi, Sahabat dan setersunya.
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang cukup panjang, Pendidikan Islam tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi itu sendiri. Pada zaman awal perkembangan Islam, tentukan saja pendidikan formal yang sistemais belum terselenggara. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan informal dan inipun lebih dikaitkan dengan upaya-upaya dakwah islamiyah, penyebaran dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan ibdah Islam[1]
Jika kita ingin melihat dan mengkaji pendidikan Islam dalam perkembangan dan pertumbuhanya paling tidak kita bagi dalam beberapa periode sehingga nanti dapat dilakukan kajian kritis, diantaranya adalah :
Pertama, periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin
Kedua, periode pertumbuhan pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan pada masa khilafah Umayah
Ketiga, perkembangan pendidikan Islam pada masa masa khalifah Abbasiyah
Keempat, periode kumnduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya mesir ke tangan Napoleon yang di tandai dengan rutuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam danberpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia barat
Kelima, periode pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan mesir oleh Napoleon sampai saat ini yang ditandai dengan kebangkitan kembali ummat dan kebudayaan Islam.
Pendidikan Islam pada masa Nabi berlangsung ketika Muhammad SAW menerima wahyu pertama kalidi gua hira’ di mekkah pada tahun 610 masehi, inti pendidikan Islam di mekkah ditekankan pada pendidikan tauhid dan pengajaran Alqur’an. Sedangkan di Madinah pembinaan pendidikan Islam dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik (dalam arti luas tentunya)
Pendidikan Islam pada masa khulafaurrasyidin terjadi setelah Nabi wafat pada masa itu telah ada pusat-pusat pendidikan Islam yaitu : di kota Mekkah dan Madinah (hijaz), dikota basra dan kufah (irak), kota damsyik dan palestina (syam) dan kota fistat (mesir). Yang kemudian sebelumnya di sebut madarasah.
Pendidikan Islam pada masa Bani Umayah (khilafah umayah) memberikan batu loncatan atau meletakan dasar-dasar bagi kemajuan pendidikan Islam dan pemikiran pada masa pemerintahan khilafah selanjutnya. Pertumbuhan pendidikan atau ilmu pengetahuannya seperti admisnistrasi Negara, penyempurnaan tulisan Alqur’an, penulisan hadist, Madrasah Hasal Albasri, ilmu fiqih, sastra , filsafat dan ilmu eksakta,
Pendidikan Islam mengalami puncak keemasan pada masa khalifah Abbasiyah mengingat banyaknya kontribusi keilmuan yang disumbangkan, karya dan tokoh-tokohnya menjadi inspirasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, hal ini juga ditandai dengan banyak munculnya pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Dengan mengkaji ini tentunya kita akan mengetahui kelebihan dan kelemahan system pendidikan yang diterapkan. Pola-pola pendidikan pada masa ini tentu sangat perlu kita contoh mengingat yang menjadi motivasi dan latar belakang tumbuh dan berkmbangnya minta ummat Islam untuk menuntut ilmu diawali dengan tuntutan Alqu’ran sendiri sehingga motivasi ini benar-benar menjadi cambuk bagi mereka karna Islam sudah selayaknya memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Seiring dengan perjalanan waktu pendidikan Islam dalam masa ini mengalami berbagai kemunduran diantara beberapa faktornya ialah karena factor internal ummat Islam sendiri yaitu pergolakan politik, hal ini selayaknya menjadi inspirasi kita dimasa ini untuk terus berbuat yan terbaik bagi Islam dengan tidak terlalu banyak terlibat dalam konflik politik. Kemudian ada juga factor eksternal mengingat Barat dengan berbagai kekeuatanya yang ada mampu menaklukan bahgdad sehingga membuat kemajuan ilmu pengetahun Islam lenyap.
C. Kajian Kritis Pendidikan Islam Indonesia Dewasa Ini
Memasuk era baru, era kebersatuan ummat manusia (globalisasi) seperti sekarang ini, pendidikan Islam dihadapkan kepada berbagai macam persoalan yang semakin berat. Sementara diahadapanya, dunia sosial (masyarakat) sedang diterpa krisis moralitas melalui media massa dan elektronik dapat diperoleh informasi mengenai berbagai gejala dekadensi moral yang ahir-ahir ini sering terjadi, khususnya dikota-kota besar.
Kondisi yang sama melalui gejala itu juga terjadi dalam dunia pendidikan, yang ditandai dengan maraknya tawuran, kekerasan antar pelajar, bahkan penyalahgunaan obat-obat terlarang[2]. Kecendrungan tersebut tampaknya merupakan fenomena yang terkait dengan ketidak mampuan lembaga pendidikan dalam memperkuat kelembagaan dan nilai-niali Islam bagi kehidupan individu dan sosial.
Ketidak mampuan pendidikan dalam menciptakan tatanan hubungan sosial yang kuat antar warga sekolah dan masyarakat menyebabkan mereka hidup seperti liar tidak memiliki ikatan organic yang mantap. Sementara ikatan-ikatan tradisional dalam bentuk kekerabatan dan kekeluargaan telah terporak-poranda diterpa arus globalisasi yang cepat dan fundamental. Akibatnya manusia mengalami keterasingan, yang makin lama, makin mendorongnya kepada hilangnya orientasi kemanusiaan.
Situai ini telah berlangsung lama dirasakan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang terus menyeruak ke berbagai segi kehidupan. Kini masyarakat Indoensiua sedang memasuki zaman baru, zaman globalisasi dimana persaingan antar bangsa dalam suasana perekonomian pasar bebas, dan perekonomian dunia semakin melebar dengan berbagai konsekwensinya. Kehidupan terhadap tatanan hubungan sosial yang bersifat organic mulai dirasakan.
D. Lembaga Pendidikan Yang Menghasilkan SDM Yang Mampu Menghadapi Tantangan Zaman
Tantang lembaga pendidikan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, menurut Cece Wijaya dapat di lukiskan sebagai perubahan masyarakat dibidang sosial, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berpengaruh terhadap system pendidikan yang sedang berjalan[3]. Pengaruh tersebut menuntut lembaga pendidikan untuk mampu menyesuaikanya dengan upaya pembaharuan dengan upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berikut akan dijelaskan bentuk- bentuk tantangan tersebut:
1. Tantangan di Bidang Politik
Dalam kehidupan politik, tentu politik kenegaraan banyak berkaitan dengan masalah bagaimana lembaga itu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan kehidupan bangsa dalam jangka panjang. Pengarahan tersebut didasarkan atas falsafah Negara yang mengikat semua sector perkembangan bangsa dalam proses pencapaian tujuan Negara yang mengikat atau tujuan nasional itu. Dengan kata lain lembaga pendidikan yang ada di dalam wilayah suatu Negara adalah merupakan sector perkembangan kehidupan budaya bangsa yang commited (terikat) denga tujuan perjuangan nasional yang berlandaskan pada falsafah negaranya. Oleh karena itu, maka suatu lembaga pendidikan yang tidak tersedia mengikuti politik negaranya, akan merasakan bahwa politik tersebut menjadi pressure ( tekanan ) terhadap cita kelembagaan tersebut. Sudah barang tentu hal ini merupakan tantangan yang perlu dijawab secara ” politics fundamental” pula. Karena hal tersebut menyangkut kepentingan perkembangan bangsa dimasa depan dan dalam maknanya bagi pemeliharaan watak dan kepribadian, kreatifitas dan disiplin bangsa itu sendiri[4].
Jadi lembaga pendidkan Islam harus menghadapi tantangan ini dengan objektif, artinya lembaga pendidikan Islam mau takamau harus mengikuiti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) demi mencapai tujuan perjuangan nasional bangsa yaitu dengan cara terlibat aktif dalam perumusan kepeutusan yang berhuungan dengan kepentingan kependidikan, misalnya dalam perumusan UU Sisdiknas tersebut.
2. Tantangan di Bidang Kebudayaan
Kebudayaan yaitu hasil budi daya manusia baikbersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri atau bangsa lain. Satuaperkembangan kebudayaan dalamabad modern ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses akulturasi (perpaduan atau saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lain ), dimana factor nilai mendasari kebudayaan sendiri sangat menentukan survive (daya tahan) bangsa tersebut. Bila mana nilai-nilai cultural bangsa itu melemah karena berbagai sebab, maka bangsa itu akan mudah terperangkap atau terteln oleh kebudayaan lain yang memasukinya, sehingga adientitas kebudayaan bangsa itu sendiri akan lenyap.
Sikap selektif dalam menerima atau menolak kebudayaan asing perlu dilandasi dengan penganalisaan mendalam yang bersumberkan dari pandangan hidupnya sendiri baik sebagai institusi maupun sebagai bangsa. Sikap selektif pada hakikatnya bukanlah sikap-sikap menyerah atau sikap netral, melainkan sikap kreatif yang hati-hati berdasarkan atas pertimbangan untung rugi bagi perkembanganya lebih lanjut. Oleh karena itu memerlukan pengetahuan yang mendalam dan wawasan yang menjangkau kemasa depan bagi eksistensi hidupnya. Diantara budaya asing yang mempengaruhi kebudayaan bangsa ini adalah trend sex bebas. Ini merupakan tantangan besar bagi lembaga pendidikan Islam untuk membentengi anak-anak bangsa dari pengaruh negaatif yang diakibatkan oleh kebudayaan tersebut. Karena kalau tidak, nilai-nilai cultural bangsa ini akan terancam pudar dan akan musnah seiring berlalunya waktu.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Melinium ketiga dengan ciri-ciri dimana diantara manusia satud engan yang lain berbeda keadaan geografis, budaya, nilai0nilai, bahasa dan sebagaimnya sudah dapat disatukan melalui teknologi komunikasi, seperti: telepon, computer, faximily dan sebagainya.melalui berbagai peralatan tersebut, manusia bersamaan. Era informasi yang akan dating menyebabkan lingkungan sosial semakin luas karean disatukan oleh teknologi dibidang komunikasi yang memunculkan era globalisasi.[5]
Collin Rose dalam bukunya accelerated learning menggambarkan wajah masa depan sebagai dunia yang berubah dengan laju semakin kencang; problem kehidupan, masyarakat dan perekonomian menjadi sangat komplek, jenis0jenis pekerjaan menghilang dengan cepat tak terbayangkan dan masa lalu yang semakin tidak dapat dijadikan pedoman bagi masa depan[6].
Kehadiran alat-alat canggih seperti, radio, televise, computer dan alat-alat elektronik lainya akan akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Alat canggih ini akan membawa tantangan bagi pendidikan dalam pengmbangan sumber daya manusia. Dan umunya alat-alat teknologi ini diciptakan untu mempermudah manusia bekerja dan berbuat serta dapat memberikan rasa senang kepada pemaikainya[7].
Bentuk lain dari kecanggihan teknologi informasi sekarang adalah internet. Internet merupakan sebuah koleksi golabl dari ribuan jaringan yang dikelola secara bebas. Internet menjadi popular karena merupakan media yang tepat untuk memperoleh informasi terkini dengan berbagai variasinya secara cepat dan mudah
Internet sangat populer khususnya dikalangan muda, selain mudah untuk digunakan siapa saja, internet dapat menjadi ajang gaul yang murah, tempat mencari informasi pendidikan dnlowongan kerja yang up to date, khususnya dibidang pendiidkan, internet menawarkan berbagai manfaat,diantaranya ketersediaan informasi yang up to date yang telah mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi diberbagai belahan dunia.[8] Ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai kekutan kecepatan, kompleksitas dan ketidak pastian. Kecepatan dunia berubah menuntut dan mensyatatkan kemampuan belajar yang cepat pula sehingga mampu menganalisa setiap situasi secara logis dan memecahkan dunia berubah menuntut dan mensyaratkan kemampuan belajar yang cepat, sehingga mampu menganalisa setiap situasi logis dan memecahkan masalah secara kreatif.
Kemajuan dibidang tenologi ini pada ahirnya akan berpengruh pada kejiwaan dan kepribadian masyarakat. Pada era informasi yang sanggup bertahan hanyalah mereka yang berorientasi kedepan, yang mampu mengubah pengetahuan menjadi kebijakan. Oleh karena itu dunia pendidikan Islam dimasa sekaranh benar-benar dihadapkan pada tantangan yang cukup berat, untuk mengantisipasinya maka dilakukan upaya strategis antara lain, tujuan pendidi8kan dimasa sekarang tidak cukup hanya dengan memberikan bekal pengethauan keterampilan, keimanan dan ketakwaan saja. Tetapi juga harus diarahkan pada upaya melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri dan produktif mengingat dunia yang akan dating adalah dunia yang kompetitif (dunia yang penuh persaingan)
Menurut Sailing Wen salah seorang usahawan teknologi di Taiwan mengatakan yang dihadapi dunia pendidikan sekarangini adalah revolusi dalam belajar di zaman ini, zaman internet harus menyesuaikan diri dan berubah kalau tidak tidak akan tinggal sejarah[9]. Dan tidak menutup kemungkinan lembaga pendidikan Islam akan menjadi bagian dari sejarah tersebut, kalau tidak mulai membenahi system yang ada, serta bergerak menuju penguasa ilmu pengetahuan dan teknologi modern sehingga mampu bersaing di era globalisasi sekarang ini.
4. Tantangan di Bidang Ekonomi
Ekonomi merupakan tulang punggung dari kehidupan bangsa yang dapat menetukan maju mundurnya, lemah-kuatnya, lambat cepatnya suatu proses perkembangan system pendidikan dalam masyarakat bangsa. Oleh karena itu kehidupaan ekonomi suatu bangsa hanya mempengaruhi pertumbuhan lembaga pendidikan. Bahkan juga mempengaruhi system kependidikan apa yang diberlakukan serta kelembagaan kependidikan yang bagaimana dapat menunjang ataupun mengembangkan system ekonomi yang di inginkan.
Bila dilihat dari sector ini, maka problem-problem kehidupa ekonomi perlu dijawab oleh lembaga-lembag pendidikan. Apabila diingat bahwa hasil pendidikan adalah sama prosesnya dengan hasil produksinya tenaga ahli. Maka uykuran ekonomi bagi suatu lembaga penbdidikan yang demikian itu adalah suatu hal yang terlalu alistis dan pragmatis. Namun dalam bidang inilah saat ini banyak memberikan tantangan kepada lembaga pendidikan kita. Jawaban yang diberikan oleh lembaga kependidikan antara laian tercermin dalam system kependidikan serta kurikulum atau program kependidikan yang ditetapkan.
5. Tantangan di Bidang Kemasyarakatan
Kemasyarakatan adalah merupakan suatu lapangan hidup manusia yang mengandung ide-ide yang sangat laten terhadap pengaruh kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai system kehidupan kemasyarakatan adalah tidak statsi dan tidak bebas beku, kecendrungan ke arah perkembangan dinamis yang mengandung implikasi perubahan-perubahan yang biasa dikenal sebagai perubahan sosial.
Perubahan-peribahan sosial yang ada dimasyarakat adalah suatu hal yang pasti dan tidak terhindarkan lagi. Misalnya pada era agricultural kekuatan ekonomi terletak pada kepemilikan tanah atau sumber daya alam. Kemudian setelah itu beralih ke era industrial, dimana kekuatan ekonomi terletak pada kemampuan memiliki modal dan alat produksi dan sekarang kit telah memasuki era globalisai atau era informasi. Pada era ini kekuatan ekonomi seorang terletak pada kepemilikan terhadapa informasi seorang yang memiliki informasi akan lebih memiliki peluang dari pada yang tidak tahu informasi.[10]
Dari perubahan yang terjadi pada masyarakat terutama pada era iinformasi sekarang tentu ada dampak yang ditimbulkan, baik itu dampak positif maupun negative. Menurut arifin dalam bukunya kapita selekta pendidikan mengemukakan manfaat positif yang dapat diambil dari kecanggihan teknologi informasi ini adalah dapat memepermudah semua kegiatan menusia, sedangkan dampak negatifnya adalah melemahnya fungsi daya mental-spritual jiwa yang sedang timbul dan berkembang seperti kecerdasan pikiran ingatan kemauan dan perasaan[11].
Inilah problema yang dihadapi oleh masyarakat yang harus dipecahkan oleh lembaga pendidikan Islam. lembaga pendidikan sebagai agent of change bertugas menetralisir dampak-damapk negative yang ditimbulkan olehkemajuan teknologi tersebut. Selain itu lembaga pendidkan Islam juga bertugas sebagai pemberi arah yang jelas terhadap perubahan yang ada di masyarakat, karena perubahan yang terjadi dalam system kehidupan sosial seringkali mengalami ketidakpastian tujuan.
6. Tantangan di Bidang Sistem Nilai
System nilai adalah tumpuan norma-norma yang dipegangi oleh manusia ebagai mahkluk individu dan sebagai mahkluk sosial, baik itu berupa norma transional maupun norma agama yang telah berkembang dalam masyarakat. System nilai juga dijadikan tolak ukur bagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi mengendalikan, mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat itu sendiri. Bahkan juga mengandung potensi rohaniah yang melestariakan eksisitensi masyarakat itu. Namun demikian, system nilai tersebut bukanya tidak dapat mengalami perubahan. Terutama diakibatkan oleh kemajuan befikir manusia itu sendiri maupaun desakan dari system nilai yang dianggap lebih baik. Diseluruh dunia, saat ini sedang dilanda perubahan sistim nilai tradisional yang ada. Hal ini disebabkan oleh budaya matrealistis yang mendidik masyarakat menilai sesuatu dari nilai materinya. Sesuatu dianggap berharga kalau mengandung nilai-nilai materi, yang pada giliranya akan melahirkan paham komunis.
Inilah yang menjadi titik sentral problem yang menjadi tantangan terhadap lembaga pendidikan, yang salah satu fungsinya adalah mengawetkan system nilai yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga akulturasi budaya asing tidak menenggelamkan nilai0nilai cultural bangsa ini. Oleh, karena itu lembaga pendidikan perlu memberikan jawaban-jawaban yang tepat, sehingga kecendrungan dan sikap berfikir msyarakat tidak terombang-ambing tanpa arah yang jelas.
- SDM
Pendidikan Islam mengarahkan kepada pengembangan bakat-bakat manusia dan membangkitkan nilai-nilai kebajikan yang mulia dalam dirinya. Tujuan ini merupakan pondasi utama tempat dibangunya kepribadian manusia, masyarakat dan perdaban Islam. Oleh karena itu dalam pandangan Islam seperangkat system pendidikan yang konstruktif dan perwujudunya melui orang tua, guru, lembaga pendidikan, Negara dan para pembaharu sosial Islam memiliki arti yang sangat penting.
Ada beberapa point tujuan pendidikan Islam yang berkenaan dengan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu :
Pendidikan islam bertujuan untuk mengembngkan sumberdaya manusia untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat manusia. Selanjutnya yaitu untuk menuntun manusia kearah metode berfikir ilmiah serta penguasaaan ileum pengetahuan. Membantu anak-anak sera kaum muda memberi mereka semangat menuntut ilmu, keahlian dan spesialisasi dalam berbagai bidang.[12]
Dari pernyataan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas mustahil akan terwujud tanpa adanya peran pendidikan Islam, dan untuk itu semua diperlukan suatu pendidikan Islam yang tepat.
Begitu pun sebaliknya system pendidikan Islam yang baik dan tepat serta universal sesuai dengan keinginan ummat Islam dan umat manusia pada umumnya tidak akan tercipta tanpa adanya kepedulian dari pad intelektula muda islam yang berkualitas dan tangguh dalam memperjuangkan kemaslahatan ummat Islam.
Cukup beralasan jika kita katakan bahwa lembaga pendidikan Islam belum siap memasuki era mellinium ketiga, jika tidak segera berbenah diri di era ii akan menjadi medan kematian bagi lembaga pendidikan Islam. Untuk itu setidaknya ada empat jenis strategi yang harus ditawarkan dalam upaya menjadikan lembaga pendidikan Islam yang kuat tanpa harus kehilangan jati diriya sehingga mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Kempat strategi itu adalah :
1. Strategi Substantive
Lembaga pendidikan Islam perlu menyajikan program-program yang kompetitif. Dilihat dari metode penyajianya, program-program tersebut menyentuh tiga aspek pembelajaran, yaitu kognitif (pemahaman), afektif ( penerimaan/sikap) dan psikomotorik (pengalaman). Jika mengacu pada konsep dasar pendidikan oleh UNESCO, proses pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam harus dapat membantu peserta didik memiliki lima kemmpuan, yaitu to know (meraih pengetahuan) , to do (berbuat sesuatu), to be (menjadi diri sendiri), to live together (hidup berdampingan), to know god’s creation (mengenal ciptaan Tuhan). Bila semua aspek dan kemampuan ini disajikan secara terpadu, maka para lulusan Lembaga Pendidikan Islam diharapkan memiliki keseimbangan antara kualitas ilmu/intelektual, iman dan amal/akhlak.
2. Strategi bottom-up
Hal ini berarti bahwa Lembaga Pendidikan Islam harus tumbuh dari bawah. Konsep dan desaigne program serta struktur kelembagaan pendidikan Islam harus disesuaikan dengan potensi, situasi dan aspirasi masyarakat. Strategi ini diperlukan agar Lembaga Pendidikan Islam tidak terkesan miliki suatu rezim, Departemen Agama atau pengurus yayasan yang mengelolanya, tetapi milik masyarakat lingkunganya. Masyarakat perlu dilibatkan agar memiliki concern (kepedulian), sense of belonging (rasa memiliki) dan sense of responsibility (rasa turut bertanggung jawab) terhadap keberadaan Lembaga Pendidikan Islam di lingkungan mereka.
3. Strategi deregulatory
Lembaga Pendidikan Islam sedapat mungkin tidak terlalu terikat pada ketentuan-ketentuan baku yang terlalu sentralistik dan mengikat. Agar tidak terkesan liar atau anarkis, diperlukan kebijaksanaan khusus dari jajaran Departemen Agama atau pemerintah daerah, agar Lembaga Pendidikan Islam bebas berkreasi dan berimpropisasi, sehingga dapat mengembangkan program-program yang sesuai dengan sifat-sifat khusus yang dimilikinya.
Lembaga Pendidikan Islam perlu di beri peluang yang seluas-luasnya untuk mendesaigne kurikulum, khususnya kurikulum local, mengembangkan sumber belajar, merekrut tenaga pengajar, terutama tenaga pengajar luar biasa dan mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan
4. Strategi cooperative[13]
Lembaga Pendidikan Islam perlu mengembangkan jaringan baik antara sesame Lembaga Pendidikan Islam maupun dengan Lembaga Pendidikan lain. Disamping itu, Lembaga Pendidikan Islam memerlukan semangat kepeloporan dan kerjasama saling menguntungkan dengan semua unsure dalam masyarakat.
Stragei dan profile lembaga-lembaga pendidikan Islam ini penulis kaji secara universal dan integratif, penulis berpandangan profile lembaga pendidikan Islam ideal kedepan tidak dilihat secara fisik (labelisasi) saja tetapi lebih kepada substansi dan esensi. Dengan demikian konsep ini bisa dipakai dan di aplikasikan kepada lembaga pendidikan Islam yang sudah ada saat ini, sehingga perwujudan tujuan pendidikan yang berahir pada out put sumber daya manusia berkulaitas dapat terpenuhi.
D. Simpulan
Dari kajian strategis ini ada beberapa poin penting yang menjadi simpulan ahir yaitu :
1. Kajian kritis pendidikan Islam secara hostoris khususnya pada masa-masa awal pertumbuhan dimulai pada masa Nabi, Khulafaurasyidin, Khalifah Umayah, Khalifah Abbasiyah ditujukan untuk mencari akar kelebihan dan kelemahan system pendidikan yang diterapkan pada saat itu sehingga diketahui titik mana yang harus dipertahankan dan titik mana yang harus dirubah sehingga dapat menjadi refleksi menuju pengembangan pendidikan Islam saat ini
2. Pendidikan Islam saat ini tengah mengalami berbagai macam persolan, sehingga Pendidikan Islam diklaim saat ini mengalami kemunduran, dan lebih tragis lagi belum bampu menjawab tantangan zaman. Problem ini mendorong seluruh stekhholder pendidikan Islam saat ini untuk mencari solusi alternative pengmbangan dan pembaharuan kearah perbaiakan sehingga tetap survive menghadapi tantangan zaman.
3. Tantangan-tantangan yang dihadapi pendidikan Islam saat ini adalah antara lain : bidang politik, budaya, ekonomi, kemsyarakatan ,sistim nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan ini menjadi salah satu landasan filosofis pengembangan Pendidikan Islam menju kearah peningkatan kualitas SDM melalui Rekontruksi kelembagaan pendidikan Islam
4. Upaya peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan strtegi cooperative, deregulatory, bottom-up, Substantive.
Daftar Pusataka
Arifin,HM. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1995
…………., Kapita Selekta Pendidikan ( Islam dan Umum ) , Jakarta, Bumi Aksara, 2000
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi Dan Modernisasi Menuju Meilenium Baru, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002
Djuwaeli, M. Irsyad, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Jakarta, Karsa Utama Mandiri, 1998
Hawi, Akmal Kapita Slekta Pendidikan Islam, palembang, IAIN Raden Fatah Press, 2005
Oetomo, Budi Sutedjo Dharmo, e-education (Konsep, Teknologi Dan Aplikasi Internet Pendidikan), Yogyakarta, 2002
Magazine, Mahjub, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta, Firdaus, 1992
Nata ,Abudin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta, Gramedia, 2001
Rose , Collin & Malcom J. Nicholl, Cara Belajar Cepat Abad Xxi, Bandung, 2002,
Wen, Sayling, Future Of Education (Masa Depan Pendidikan), Batam, Lucky Publisher, 2003
Wijaya, Cece, Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Masnusia, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1999
Tantangan – tantangan lembaga pendidikan di atas mengandung implikasi bahwa lembaga pendidikan Islam mempunyai peran ganda yakni :
1. sebagai pewaris budaya ( agent of conservative )
Pendidikan islam mengarah kepada pengembangan bakat-bakat manusia dan membangkitkan nilai-nilai kebajikan yang mulia dalam dirinya.tujuan ini merupakan pondasi utama tempat dibangunnya kepribadian manusia,masyarakat dan peradaban islam.oleh karena itu,dalam pandangan islam,seperangkat system pendidikan yang konstruktif dan perwujudannya melalui orang tua,guru,lembaga pendidikan,Negara dan para pembaharu sosial islam memiliki arti yang sangat penting.
Ada beberapa point tujuan pendidikan islam yang berkenaan dengan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas ,yaitu :
“pendidikan islam bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia untuk di manfaatkan bagi kemaslahatan umat manusia.selanjutnya yaitu untuk menuntun manusia kearah metode berfikir ilmiah serta penguasaan ilmu pengetahuan.membantu anak-anak serta kaum muda memberi mereka semangat menuntut ilmu,keahlian dan spesialisasi dalam berbagai bidang”(mahjubah magazine,1992:10)
Dari pernyataan diatas,kita dapat menyimpulkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas mustahil akan terwujud tanpa adanya peran pendidikan islam.dan untuk itu semua diperlukan suatu pendidikan islam yang tepat
begitu pula sebaliknya,system pendidikan islam yang baik dan tepat serta universal sesuai dengan keinginan umat islam dan umat manusia pada umumnya tidak akan tercipta tanpa adanya kepedulian daripada intelektual muda islam yang berkualitas dan tangguh dalam memperjuangkan kemaslahatan umat islam.
[1] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi Dan Modernisasi Menuju Meilenium Baru, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002, hlm.vi
[2] M. Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Jakarta, Karsa Utama Mandiri, 1998, hlm. 66
[3] Cece Wijaya , Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Masnusia, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1999, hlm. 38
[4] HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan ( Islam dan Umum ) , Jakarta, Bumi Aksara, 2000, hlm. 41
[5] Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta, Gramedia, 2001, 144-145
[6] Collin Rose & Malcom J. Nicholl,Cara Belajar Cepat Abad Xxi, Bandung, 2002, hlm. 11
[7] HM.Arifin, op.cit. hlm 35-36
[8] Budi Sutedjo Dharmo Oetomo, e-education (Konsep, Teknologi Dan Aplikasi Internet Pendidikan), Yogyakarta, 2002, hlm. 11-12 s
[9] Sayling Wen, Future Of Education (Masa Depan Pendidikan), Batam, Lucky Publisher, 2003, 63
[10] Abudin Nata, op.cit, hlm. 145
[11] HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1995, hlm. 8
[12] Mahjub Magazine, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta, Firdaus, 1992, hlm.10
[13] Akmal Hawi, Kapita Slekta Pendidikan Islam, palembang, IAIN Raden Fatah Press, 2005, hlm. 31-31